REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau yang dikenal dengan Gojek menyebut akan melakukan penawaran saham perdana. Tak tanggung-tanggung, perusahaan transportasi berbasis aplikasi ini akan melaksanakan dual listing.
Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengatakan baru mendengar kabar itu dari media. Ia menyebut belum ada kabar terkait listing kepada OJK.
"Katanya mau dual listing, satu di Indonesia satu lagi di negara lain. Sekarang beliau (Nadiem Makarim) jadi wamen, mesti ditanyain lagi, jadi atau enggak?" kata Hoesen di Lombok, Nusa Tenggara Timur, akhir pekan kemarin.
Menurutnya, perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) akan lebih transparan. Namun, jika berkaitan dengan start up, transparansi bisnis ini akan meningkatkan persaingan antarperusahaan rintisan.
"Itu kan competitive advantage mereka, ramuan bisnis mereka seperti apa. Begitu mereka IPO dan transparan, lalu ditiru orang," kata Hoesen.
Dengan transparansi bisnis, 'dapurnya' start up akan mudah dilihat orang untuk membuat bisnis serupa. Karena itu, Hoesen tidak berharap banyak start up untuk melantai di bursa. Ia juga melihat banyak perusahaan rintisan di negara lain yang menahan diri untuk IPO. "Saya belum dengar ada yang IPO, karena mungkin begitu ketahuan resep-resepmnya seperti apa, mereka jadi gampang ditiru," katanya.
Sebelumnya, Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo mengonfirmasi perusahaannya sedang mempersiapkan diri untuk melantai di dua bursa di masa depan, dengan Indonesia sebagai target utama. Partner Andre, Co-founder sekaligus Co-CEO Gojek, Kevin Aluwi mengungkapkan, perusahaannya sudah mengalami kemajuan signifikan untuk memastikan bisnis yang berkelanjutan, meskipun sedang menghadapi persaingan ketat dengan Grab di pasar.
“Ini adalah kesempatan bagi investor (publik) Indonesia untuk berpartisipasi. Jika memungkinkan, kami juga akan melakukan listing sekunder di tempat lain,” kata Andre, dikutip dari KrAsia, Jumat (25/10).