REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Beragam cara dilakukan warga untuk menyambut momen hari sumpah pemuda. Salah satunya menggelar ajang kreatif dengan mengangkat budaya lokal dan nilai keislaman.
Hal ini dilakukan para pelajar di SMA Pesantren Unggul (PU) Al Bayan Kampung Cikiwul, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi yang menggelar Albacadabra yang merupakan singkatan dari Albayan's Competition as Development of Achievement and Big Revolution for All. Kegiatan yang digelar mulai 28 Oktober hingga 2 November 2019 ini bertemakan Pancarona Asa Nusantara.
''Bertepatan dengan sumpah pemuda, kami menggelar Albacadabra yang intinya menegaskan kekayaan yang dimiliki Indonesia harus menjadi modal dalam membangun bangsa,'' ujar Ketua Panitia Albacadabra 2019 Muhammad Fathi Fadhlurrahman kepada wartawan, Senin (28/10).Tema Pancarona asa nusantara diambil dari dasar bahwa Indonesia negara kaya namun belum dikelola dengan baik dan seharusnya kekayaan sebagai modal bangsa.
Menurut Fathi, meskipun beragam budaya di nusantara namun menjadi media untuk bersatu dalam membangun bangsa. Hal ini coba ditampilkan dalam momen pembukaan Albacadabra dengan tarian adat Bali, dan lain sebagainya.
Intinya kata Fathi, Albacadabra menjadi gebrakan untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang berkarakter dan berbudaya serta memegang teguh nilai agama. Dalam konteks sumpah pemuda, para pelajar yang menjadi bagian di dalamnya akan memajukan bangsa dengan potensi yang dimiliki.
Kegiatan ini kata Fathi, adalah acara tahunan yang dilaksanakan OSIS dan tahun ini total peserta 2.000 peserta lebih. Peserta mulai dari jenjang TK, SD, SMP dan SMA. Ribuan peserta berasal dari berbagai daerah misalnya Sukabumi, Serang, Mataram, Makasar, Pontianak dan Papua.
Ketua OSIS Muhamad Irfan Gani menambahkan, Albacadabra menjadi momen untuk pemuda bersatu dan ikut membangun bangsa.'' Keragaman budaya jadi media pemersatu bangsa,'' imbuh dia.
Kepala SMA Pesantren Unggul Albayan Heriyanto mengatakan, Albacadabra merupakan satu kegiatan yang mengemas 35 jenis lomba untuk anak mulai dari TK/SD, SMP hingga SMA. ‘’ Harapannya anak tidak hanya cerdas secara intelektual dengan bicara tentang teknologi, kemampuan seni, dan literasi namun juga kemampuan budaya lokal serta nilai agama,'' ungkap dia.
Heriyanto menerangkan, ada lima jenis lomba diantaranya lomba Criterion yang bersifat keagamaan. Misalnya lomba MTQ, MHQ, nasyid, kaligrafi, marawis hingga dai dan essay. Selain itu bidang kebahasaan, kesenian, teknologi, keagamaan, dan olahraga.
''Memberikan pembelajaran yang holistik minat dan bakatnya muncul, muara akhirnya tetap bagaimana mereka taat dan patuh kepada Allah,'' ujar Heriyanto. Sehingga Islam dengan wajah humanisme yang baik dan konsep rahmatan lil alamin bisa terwujud.
Potensi budaya kata Heriyanto meronakan dan muncul baik budaya minang, jawa dan sunda sebagai bentuk kearipan lokal. Di mana titik temu adalah nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
Heriyanto menuturkan, dengan sumpah pemuda berharap nilai-nilai perjuangan bisa kembali bangkit. '' Keragaman yang ada jadi potensi untuk membangun negeri,'' imbuh dia.n