REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Said Tuhuleley lahir pada 22 Mei 1953 di Desa Kulur, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Ia berasal dari keluarga santri yang taat. Nama ayahnya adalah Abdullah, sedangkan ibunya bernama Aminah.
Said memiliki seorang kakak bernama Umar Tuhuleley. Dia bersa ma kakaknya menghabiskan masa remaja mereka di Saparua hingga lulus SMA negeri. Keduanya aktif sebagai pengurus organisasi intrasekolah dan Pelajar Islam Indonesia (PII).
Dalam buku Jejak Langkah Said Tuhuleley, Agung Prihantoro menjelas kan, pada 1970-an Said Tuhuleley sudah memegang ijazah sarjana mu da, yang kemudian memutuskan un tuk pergi merantau ke pulau Jawa ber sama teman-temannya untuk me lan jutkan pendidikannya di IKIP Negeri Yogyakarta dan aktif di orga nisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Saat aktif menjadi mahasiswa, Said Tuhuleley menjabat sebagai Sekretaris Umum Dewan Mahasiswa mendampingi Muhammad Syafiudin Abbas sebagai Ketua Dema. Kemudian, Said menyalurkan bakat menulisnya melalui lembaga pers kampus dan kemudian menjabat sebagai redaktur majalah kampus Derap Mahasiswa.
Pada periode kepemimpinan berikutnya, Said Tuhuleley terpilih menjadi ketua Dema IKIP Negeri Yogyakarta. Dalam posisinya sebagai ketua saat itu, Said bersama ketua Dema seIndonesia sepanjang tahun 1977 sampai 1978 melakukan protes dan per lawanan terhadap berbagai kebijakan Orde Baru yang tidak berpihak pada rakyat.
Setiap aktivis tentu memiliki risiko dalam perjuangannya. Karena itu, dari aksinya di era orde baru Said sempat ditangkap dan meringkuk selama delapan bulan dalam Rumah Tahanan Militer di Semarang tanpa melalui proses pengadilan.
Setelah bebas dari penjara, Said tetap melanjutkan perjuangannya dengan menjadi mentor bagi aktivisaktivis pergerakan mahasiswa era orde baru. Selain itu, Said juga terus memperkuat gerakannya di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang kegiatannya berpusat di Masjid al-Muja hidin di Kampus IKIP Yogyakarta.
Pada 1982, Said lulus dari IKIP Yogyakarta. Dia pun mulai menjalani kariernya sebagai pendidik dan mengajar sebagai guru honorer di SMA swasta di Kota Solo. Namun, pada akhir kuartal pelajaran Said mengundurkan diri.
Setelah itu, Said kemudian aktif dalam menjalankan aktivitas-aktivitas dakwahnya di berbagai lini. Pada puncak kesuksesannya, Said mendapat kan anugerah gelar Doktor Honoris Causa (HC) dalam bidang pemberdayaan masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 19 Desember 2014.