REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syarul Yasin Limpo tak menampik bahwa akses untuk bisa mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi para petani masih banyak kendala dan tantangan. Tahun depan, kata dia akan ada banyak trobosan untuk para petani bisa mendapatkan akses KUR.
Syahrul menilai meski mekanisme yang diterapkan pemerintah sudah mempermudah para petani mengakses KUR, hanya saja tak jarang implementasi di lapangan tak semulus rencana pemerintah.
"Ini masih kami bicara, akses memang butuh lebih mudah. Petani sudah tau, tapi di lapangan suka masih ada saja masalah," ujar Syahrul di Kemenko Perekonomian, Selasa (12/11).
Syahrul mengatakan pengendalian dan pendampingan harus bisa lebih menyentuh langsung kepada para petani kedepannya. Ia berharap dengan sistem cluster yang dicanangkan pemerintah untuk akses KUR bisa mempermudah pengawasan dan penyerapan KUR bisa lebih besar.
"Makanya, pengendalian harus kita organisir ke bawah. Jadi petani kita, pengelompokan dan sistem cluster bisa jadi salah satu cara pengendalian," ujar Syahrul.
Data Kemenko Perekonomian mencatat Realisasi penyaluran KUR sektor pertanian sebesar 26 persen pada september 2019. Angka ini lebih besar dibandingkan tahun lalu sebesar 23 persen.
Realisasi penyaluran KUR hingga September 2019 adalah sebesar Rp 115,9 triliun atau sebesar 82,79 persen. Target penyaluran KUR pada 2019 ini ditargetkan sebesar Rp 140 triliun, Rp 115,9 triliun ini dimanfaatkan oleh 4,1 juta debitur dengan outstanding atau pengembalian dana yang bisa dimanfaatkan kembali sebesar Rp 98,06 triliun.
Untuk sektor Produksi sendiri ditargetkan penyaluran mencapai 60 persen dari plafon. Hingga september realisasi sektor produski sebesar 50 persen. Sedangkan sektor nonproduksi sebesar 60 persen.