Selasa 12 Nov 2019 19:29 WIB

Kisah Veteran Muslim India-Inggris tentang Tanah Kashmir

Veteran Muslim India Inggris berjasa untuk Kerajaan Inggris.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Inggris dan Uni Eropa
Foto: Reuters
Bendera Inggris dan Uni Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, NOTTINGHAM – Memperingati delapan puluh tahun Perang Dunia II, seorang veteran Muslim dari Meadows berusia 99 mengungkap kenangannya saat masih menjadi Angkatan Darat India-Inggris serta tentang tempat asalnya yang indah yaitu Kashmir.  

Ialah Inayet Ali, seorang veteran yang datang ke Nottingham, Inggris pada 1960. Inayet Ali bertugas di resimen parasut Angkatan Darat India Britania pada 1941 sampai 1945. 

Baca Juga

Perjalanan dinasnya menjadi seorang tentara, membuat Inayet Ali berharap tentara Asia Selatan juga lebih baik termasuk dalam memperingati upacara peringatan pahlawan atau Rememberance Sunday.  

Inayet juga menyerukan kepada orang-orang Kashmir yang tengah dilanda konflik perebutan wilayah antara India dan Pakistan untuk kembali pada kesepakatan referendum resolusi PBB 1948. 

Di mana dalam resolusi itu menyebutkan bahwa warga Kashmir bisa memutuskan sendiri apakah ingin menjadi bagian dari India atau Pakistan.  

Inayet Ali yang juga mantan pekerja British Railways juga sangat cinta tinggal di Meadows selama 30 tahun, dia disebut oleh orang-orang daerah itu dengan nama Baba. Inayet yang menghabiskan karir militernya membela Inggris dari pasukan Axis sangat mengenang masa indahnya saat menjadi tentara. 

“Saya punya kenangan indah ketika saya di militer selama perang, kami sangat dihormati para perwira Inggris di sana,” kata Inayet Ali seperti dilansir Nottingham Post pada Selasa (12/11).  

Saat perang dunia kedua dimulai pada 1939, Inayet ingat betul sekutu memerlukan banyak tenaga kerja dan karenanya mereka meminta negara bagian India untuk membantunya termasuk di antaranya adalah Kashmir. Maharaja (pangeran India) dari Jammu dan Kashmir, Harj Singh sepakat mengirimkan pasukan ke Inggris. Karena janji kemerdekaan India yang lebih besar mulai dibuat.  

“Banyak kegiatan di sini untuk veteran tapi tentara Asian Selatan tak terlihat diundang. Mereka tak diakui sebagai tentara Inggris. Banyak dari kita mengorbankan hidup untuk Inggris,” katanya.  

photo
Warga mengibarkan bendera Kashmir dalam unjuk rasa memperingati Hari Pertahanan Pakistan di Quetta, Pakistan, Jumat (6/9).

Inayet juga mengisahkan tentang kakaknya yang merupakan seorang tawanan perang di Prancis yang berhasil melarikan diri dari penjara Jerman. Kakaknya kemudian tinggal di Derby selama bertahun-tahun dan meninggal empat tahun yang lalu di Leicester.  

“Ketika saya tiba di Nottingham, saya bekerja untuk British Railways sebagai bagian kebersihan. Saya mengetahui bos saya adalah seorang perwira di kemiliteran. Saat saya tahu, saya memeluknya dan kami berteman baik saat berada di sana. Saya sudah tinggal di Meadows selama 30 tahun dan saya menyukainya. Setiap orang mengenal saya dan ketika mereka melihat saya mereka memanggil Baba dan mereka selalu menyapa,” katanya. 

Setelah perang selesai, India mendapat kemerdekaan pada 1947 dan membagi untuk memberikan muslim sebuah negara mereka sendiri di Pakistan. Itu menimbulkan masalah dan kekerasan yang dipicu agama bagi wilayah Kashmir dan daerah lainnya. 

Di mana mayoritas Muslim nampaknya akan bergabung dengan India di bawah keinginan Maharaja. “Selama ada mayat di mana-mana, itu ganas, tak masalah agama apa anda, ini masalah kemanusiaan. Sangat menyedihkan bagi saya untuk merenungkan hal ini dan mengingat apa yang saya lihat,” tuturnya. 

Di Kashmir terjadi perang saudara karena keputusan Maharaja yang membagi wilayah antara perbatasan India, Pakistan dan Cina. Masalah di Kashmir telah berlangsung sejak lama, dan makin menyebabkan memanasnya konflik tahun ini. Terutama dengan keputusan Pemerintah India  mencabut konstitusi Pasal 370 pada Agustus 2019 yang berisi janji memberikan Kashmir kemerdekaan negaranya sendiri.  

“Inggris tak membuat masalah di Kashmir, mereka menyerahkan kepada negara untuk memutuskan sendiri, tak tergantung pada para pemimpin seperti Maharaja,” katanya.  

“Dengan situasi di sana saat ini, Inggris harus membantu. Karena mereka meninggalkan situasi yang tak pasti dan urusan belum selesai dengan partisi. Sekarang semuanya benar-benar memanas. Seratus ribu orang lebih terbunuh dan ditemukan kuburan massal. Melalui hati nurani, mereka harus membantu menemukan kedamaian di sana dan membantu menyampaikan referendum,” katanya.  

Anggota Dewan yang baru-baru ini mendirikan galeri untuk mengenang tentara Muslim di Nottingham, Sajid Mohammed mengatakan sebagai seorang keturunan dari imigran Kashmir dirinya sangat bangga dengan kontribusi komunitas Muslim pada Inggris selama perang dunia dua. Di mana lebih dari 80 ribu orang pergi untuk memperjuangkan kebebasan.

“Mereka datang ke Inggris dan Nottingham, dan mendirikan rumah. Mereka bekerja di pit, pabrik, kereta api dan NHS untuk membangun Inggris secara ekonomi, sosial dan budaya. Banyak dari mereka punya hubungan yang kuat dengan Kashmir, di mana kami telah melihat pelanggaran hak asasi manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh pemerintah India yang otoriter,” katanya. 

“Kami ingin aturan hukum  dan hak asasi manusia dihormati di Kashmir. Kami juga ingin melihat hukum internasional diberlakukan, PBB punya referendum tentang penentuan nasib  sendiri seperti yang dijanjikan,” katanya. Andrian Saputra

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement