Kamis 14 Nov 2019 15:05 WIB

Penurunan Massa Otot Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Penurunan massa otot ternyata ada kaitannya dengan peningkatan risiko sakit jantung.

Rep: Febryan A/ Red: Reiny Dwinanda
Latihan angkat beban di rumah. Penurunan massa otot ada kaitannya dengan risiko penyakit kardiovaskular di kemudian hari.
Foto: Flickr
Latihan angkat beban di rumah. Penurunan massa otot ada kaitannya dengan risiko penyakit kardiovaskular di kemudian hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru menemukan bahwa penurunan massa otot berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskular atau penyakit jantung. Risiko itu meningkat bahkan pada mereka yang tak memiliki riwayat sakit jantung, terutama pada pria di usia 45 tahun ke atas.

Studi tersebut dikerjakan oleh peneliti dari Centro de Investigación Biomédica en Red de Salud Mental di Madrid, Spanyol, Canberra University, Australia, dan Athens University di Yunani.

Dalam studi yang dipimpin Stefano Tyrovolas itu, mereka menganalisis data 2.020 responden berusia 45 tahun ke atas dan tak memiliki riwayat sakit jantung. Jumlah responden laki-laki dan perempuan sama banyak. Data mereka dikumpulkan selama 10 tahun.

Adapun data yang dikumpulkan dari responden adalah tentang gaya hidup, berat badan, tekanan darah, pengukuran lemak darah, dan biomarker inflamasi sistemik. Massa otot dari semua responden juga diukur, disesuaikan dengan tinggi dan berat tubuhnya.

Hasilnya, seperti yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology & Community Health, menunjukkan bahwa laki-laki cenderung memiliki risiko kardiovaskular, bahkan empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan perempuan. Lebih lanjut, mereke juga menemukan kaitan antara penurunan massa otot dan peningkatan risiko kardiovaskular.

Responden laki-laki yang jaringan ototnya masih kuat ternyata memiliki risiko strok dan serangan jantung lebih rendah hingga 81 persen dibandingkan responden yang massa ototnya sudah menurun. Mereka yang memiliki jaringan otot masih kuat juga cenderung memiliki prevalensi yang lebih rendah dari faktor risiko lain untuk masalah kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau obesitas.

Meski demikian, para peneliti ini belum menemukan hubungan yang jelas antara massa otot pada laki-laki dengan risiko kardiovaskular. Namun, mereka menduga hal itu disebabkan karena perbedaan hormon dengan perempuan.

Walau tak menemukan hubungan sebab akibat secara langsung antara otot laki-laki dan kardiovaskular, tapi para peneliti itu menyebut riset mereka menemukan satu poin penting. Masaa otot sangat mempengaruhi risiko kardiovaskular.

"Pencegahan penurunan (massa otot), yang menjadi lazim di kalangan populasi setengah baya dan lebih tua, dapat menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan kesehatan," bunyi kesimpulan studi itu dilansir dari laman Medical News Today, Kamis (14/11).

Penurunan massa otot memang lazim terjadi pada mereka yang sudah menginjak usia 30. Penurunan biasanya terjadi pada rentang 3-5 persen per dekade pada laki-laki. Untuk meminimalisir penurunan massa otot, maka seseorang harus tetap aktif, salah satunya dengan olahraga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement