REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pendukung bekas perdana menteri Lebanon Saad al-Hariri bentrok dengan kelompok Syiah Hizbullah dan Amal. Kantor berita Lebanon NNN melaporkan bentrokan ini meletus menjadi baku tembak.
Bentrokan ini menandai kekerasan yang terjadi dua malam berturut. Mengancam unjuk rasa damai. Elit politik negeri itu mengarah pada sikap yang lebih keras.
Pada Selasa (26/11) rekaman video yang diunggah stasiun televisi Lebanon LBCI menunjukkan senapan mesin di sekitar jembatan Cola, Beirut. Sumber mengatakan baku tembak belum berhenti. Belum ada laporan korban terluka.
Di selatan kota Tyre, pendukung Hizbullah dan Amal merusak tenda-tenda pengunjuk rasa dan membakarnya. Membuat pasukan keamanan melakukan intervensi dan memadamkan api.
Unjuk rasa di Lebanon mulai terjadi pada 17 Oktober lalu. Demonstrasi dipicu oleh kebencian mendalam terhadap kelas penguasa yang korup dan membuat negara itu terperosok dalam krisis ekonomi.
Pendukung Amal dan Hizbullah yang bersenjata kerap membubarkan unjuk rasa dan memblokir jalan mereka. Kedua kelompok itu juga menghancurkan perkemahan utama pengunjuk rasa di pusat kota Beirut bulan lalu.
Dua kelompok yang berpengaruh dalam koalisi pemerintah yang dipimpin Hariri. Laki-laki 49 tahun itu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri pada 29 Oktober setelah gagal menenangkan pengunjuk rasa.
Amal dan Hizbullah menolak pengunduran diri Hariri. Dalam pernyataannya kelompok pendukung Hariri yang bernama Hariri Future Movement memperingatkan pendukung untuk menahan diri dari menggelar unjuk rasa dan menjauh dari perkumpulan-perkumpulan besar.
Menurut saksi mata dan video yang disiarkan stasiun televisi Lebanon. Terlihat sekelompok laki-laki mengendarai sepeda motor sambil mengibarkan bendera Amal dan Hizbullah.