Kamis 28 Nov 2019 09:34 WIB

Menristek: Perempuan Diperlukan dalam Industri STEM

Prospek industri STEM cukup menjanjikan di masa depan

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan prospek industri STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) cukup menjanjikan di masa depan. Namun, masih ada sejumlah tantangan dalam menarik tenaga kerja profesional perempuan untuk bekerja di industri tersebut.

Peningkatan minat dan partisipasi perempuan di sektor industri STEM sangat dibutuhkan demi meningkatkan perekonomian nasional. "Jumlah partisipasi perempuan di industri STEM masih minor. Artinya masih banyak perempuan yang tidak atau belum bekerja di bidang STEM. Perempuan yang sekolah atau kuliah di bidang STEM sebenarnya cukup banyak, namun yang berkarir di bidang ini masih relatif rendah," ucapnya pada acara Penghargaan General Electric (GE) Inspiring Woman in Science Technology Engineering Math (STEM) Award di Hotel Sheraton Grand Gandaria Jakarta, Rabu (27/11).

Bambang mengatakan banyak unsur yang membuat perempuan tidak terlibat atau masuk ke industri STEM. Salah satu faktornya adalah persepsi lingkungan kerja di industri STEM yang melibatkan pekerjaan fisik dan didominasi pekerja laki-laki, menjadikan bidang ini tidak menarik bagi pekerja perempuan.

Ia menilai stigma ini harus dihilangkan agar keterlibatan perempuan di industri STEM semakin meningkat demi memajukan perekonomian negara. Sebab, Bambang beranggapan perempuan juga memiliki potensi untuk mengembangkan industri STEM.

"Banyak hal dan pengaruh norma sosial seperti menjadi seorang istri dan ibu, ataupun urusan lain yang membuat mereka tidak bisa involved, padahal Indonesia membutuhkan talenta-talenta perempuan terbaik pada bidang ini," kata Bambang.

Meskipun jumlah perempuan hampir setengah dari populasi dunia, diperkirakan hanya sekitar 20 persen para periset dibidang sains, teknologi dan inovasi adalah perempuan. Bambang berharap lebih banyak upaya untuk menarik dan mempertahankan perempuan berkair di industri STEM, sehingga kesenjangan  keahlian akan berkurang  dan meningkatkan produktifitas untuk membawa perubahan di industri tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement