Ahad 01 Dec 2019 10:20 WIB

Allah SWT Menjamin Rezeki Setiap Hambanya Termasuk Jodoh

Rezeki itu harus dijemput dengan cara berusaha.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Gita Amanda
Rezeki (Ilustrasi). Allah SWT menjamin rezeki setiap hamba-hambanya.
Foto: wordpress.com
Rezeki (Ilustrasi). Allah SWT menjamin rezeki setiap hamba-hambanya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap manusia telah memiliki rezekinya masing-masing, Allah SWT telah menjamin akan hal itu. Rezeki bisa berupa harta, teman, keluarga, hingga jodoh.

Pakar tafsir terkemuka Quraish Shihab mengatakan, Allah SWT memang telah menjamin setiap rezeki umat-Nya. Kendati demikian, rezeki itu harus dijemput dengan cara berusaha.

Baca Juga

“Kalau anda tidak bergerak (berusaha), bagaimana anak-istri anda? Jodoh pun, harus diusahakan,” kata Quraish, di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Sabtu (30/11) lalu.

Beliau menyebutkan bahwa di dalam Alquran pun Allah SWT telah menegaskan perihal penjaminan rezeki setiap hambanya. Di dalam Surah Hud, penggalan ayat 6, Allah SWT berfirman:

Wa min dabbatin fil-ardhi illa ‘alallahi rizquha wa ya’lamu mustaqoroha wa mustawda’aha kullu fi kitabin mubin. Yang artinya: “Dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhil Mahfuz),” katanya mengutip Surah Hud, penggalan ayat 6.

Jaminan rezeki dari Allah SWT kepada setiap manusia adalah jaminan yang pasti. Allah SWT dengan segala sifat rahman dan rahimnya tak akan melupakan barang satu makhluk ciptaan-Nya pun di bumi dalam perkara rezeki.

Hal ini dicontohkan dengan bagaimana burung-burung yang terbang pada pagi hari dari sangkarnya dalam keadaan lapar. Dan kembali pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang. Usaha yang dilakukan burung itulah yang kemudian disebut sebagai usaha mencari jaminan yang telah diberikan Allah SWT.

Berusaha, lanjut beliau, adalah upaya mendatangkan rezeki. Sedangkan usaha dalam proses menghasilkan rezeki tersebut dapat bermuara kepada perolehan hasil rezeki yang beragam.

Adapun sebaik-baiknya rezeki adalah yang diperoleh dari usaha yang baik (halal), dan dapat dimanfaatkan kepada seluas-luasnya orang atau minimal diri dan keluarga sendiri. Sebaliknya, beliau menyebut, jika seorang manusia telah berusaha namun rezeki itu ternyata tidak bermanfaat, maka itu bukanlah rezekinya.

Kendati Allah telah membagi-bagi rezeki kepada setiap manusia, kerap kali syaithan datang untuk menggoda manusia. Godaan tersebut umumnya datang di kala manusia mencari rezeki dengan bisikan untuk melakukan dengan cara-cara yang tak direstui Allah.

Pada umumnya masyarakat kerap kali muncul istilah rezeki yang berkah dan rezeki yang tidak berkah. Terkait hal ini, beliau memaparkan dengan rinci terlebih dahulu arti berkah itu sendiri.

Menurutnya, berkah adalah melimpahnya kebaikan dari sesuatu yang sedikit dari yang biasanya. “Sedikit yang anda peroleh bisa jadi lebih baik dari pada banyak yang diperoleh orang lain,” ungkapnya.

Beliau pun menggarisbawahi bahwa hendaknya setiap umat tidak mengukur rezekinya dengan ukuran materi. Karena, seperti yang telah diuangkapkan di atas, rezeki sudah pasti tak hanya berbentuk sebuah materi.

“Misalnya, menjemput rezeki itu bisa berupa mencari jodoh. Jemput jodoh ada caranya, seperti dandan yang baik, berilmu yang baik, berkarir yang baik. Cara-caranya yang baik, cari jodohnya halal,” katanya.

Perkara mencari rezeki yang baik memang kerap dianjurkan agama. Untuk itu, agar rezeki yang dihasilkan dapat bernilai berkah, ada baiknya membaca doa berikut di pagi hari sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dalam hadis riwayat Imam An-Nasa’i berikut.

Allahumma ma asbahabi min ni’matin aw biahadin min khalkiqa faminka wahdaka, la syarika lakal hamdu wa lakal syukru. Yang artinya: “Ya Allah, pada pagi ini apakah ini nikmat yang ada padaku atau setiap makhuk-Mu, semuanya dari-Mu? Milik-Mu segala pujian dan kepada-Mu terima kasih kami,” ujarnya mengutip Hadis riwayat Imam An-Nasa'i.

Doa ini juga berarti adab dalam pengertian akidah dan tauhid bahwa, akhlak kita perlu terus di-upgrade sebelum kita memulai aktivitas mencari rezeki. Sebab, manusia adalah makhluk yang lemah namun unik bagi Allah. Sehingga segala usaha yang diperbuat manusia, akan selalu diawasi Allah dengan segenap cinta kasih-Nya yang tak berujung.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement