REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengejar target bauran energi 23 persen pada 2025 mendatang. Untuk bisa merealisasikan hal tersebut pemerintah perlu mengantongi investasi sebesar 36 miliar dolar.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Sutijastoto menjelaskan kebutuhan investasi tersebut perlu dilakukan paling tidak hingga lima tahun mendatang. Besaran biaya investasi tersebut dimaksudkan sebagai strategi memperluas pangsa pasar energi.
"Nilai investasi tersebut bisa membantu meningkatkan pangsa pasar energi di tahun 2025," kata Toto, Jumat (6/12).
Ia merinci nilai investasi tersebut terdiri dari PLT Panas Bumi sebesar 17,45 miliar dolar, PLT Air atau Mikrohidro senilai 14,58 miliar dolar, PLT Surya dan PLT Bayu senilai 1,69 miliar dolar, PLT Sampah senilai 1,6 miliar dolar, PLT Bioenergi senilai 1,37 miliar dolar dan PLT Hybird sebesar 0,26 miliar dolar.
Jumlah rincian investasi PLT EBT tersebut, imbuh Agung, disesuaikan berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019 - 2025. "(RUPTL) ini mengacu pada asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen per tahun sampai 2020 dan 6,5 persen pada 2025," ujar Toto.
Ia juga menjelaskan angka investasi ini secara tidak langsung memberi dampak pada peningkatan kapasitas bauran pembangkit EBT di Indonesia menjadi 24.074 Mega Watt (MW) di tahun 2025 dari 10.335 MW di tahun 2019.
Kalau digambarkan perkembangannya selama lima tahun ke depan, kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 11.256 MW pada 2020, 12.887 pada 2021, 14.064 MW pada 2022 dan 2023 menjadi 15.184 MW dan 17.421 MW pada 2024.