Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
CEO Softbank Masayoshi Son dikenal sebagai investor yang memiliki nyali besar. Bahkan, saat Softbank tengah dilanda kerugian, bisa-bisanya Son masih mempercayai ‘insting’ untuk menyuntikkan dana besar.
Tak hanya melakukan investasi ke WeWork, Softbank pada tahun 2000 juga lebih dulu menyuntikkan dana segar kepada Alibaba. Padahal, disaat Son yakin Jack Ma dan Alibaba akan menjadi raksasa, Ma belum memiliki rencana bisnis ke depannya.
Dia berkisah, di antara pengusaha China yang Son temui saat berkunjung ke China kala itu. Menurut Son, saat itu Ma satu-satunya pengusaha yang tidak meminta uang. Namun, Son mengenang Ma memiliki 'semangat pejuang' dan semangat bagaimana internet akan mengubah China.
Baca Juga: Gelombang PHK Startup, Kali Ini Datang Lagi dari Portofolio SoftBank
"Jack adalah satu-satunya orang dengan mata berbinar dan [dia] menangkap hatiku," kata Son.
Son mengatakan dia kemudian harus bekerja untuk meyakinkan Ma untuk mengambil uangnya. Pertama kali, Son menawarkan Jack Ma sebesar US$50 juta.
Jumlah tersebut ditolak Ma karena dinilai terlalu banyak. Akhirnya Ma menerima US$20 juta dan Softbank mendapatkan 32 persen saham Alibaba. Softbank sempat menjual sedikit saham Alibaba dan saat ini memiliki sekitar 26 persen saham raksasa e-Commerce China.
Saat itu, nyali dan insting Son tidak keliru, pasalnya Alibaba kini memiliki nilai hampir US$135 miliar Alih-alih mendapat keberuntungan yang sama, saat ini WeWork, startup yang SoftBank genjot mati-matian justru membatalkan penawaran publik yang sangat dinanti-nantikan.
Baca Juga: Anak Usaha Startup Bekingan SoftBank Ini Ikutan Krisis, Pecat Karyawan Hingga . . . .
SoftBank akhirnya menebus WeWork dengan dana penyelamatan sebesar US$9,5 miliar. Perusahaan lain dalam portofolio Vision Fund pun sedang mengalami kesulitan, yakni Uber dan Slack. Saham keduanya turun sekitar 40% dari nilai tertinggi di bulan Juni.
Penurunan tersebut menyebabkan SoftBank melaporkan kerugian operasi hampir US$9 miliar untuk kuartal Juli hingga September.
Tapi Ma memberi Son dukungan. Ma memuji visinya tentang masa depan yang didorong oleh teknologi.
"Dia mungkin memiliki nyali terbesar di dunia dalam melakukan investasi. Sangat sedikit orang di dunia yang memiliki keberanian itu," kata Ma.
"Terlalu banyak nyali, kadang-kadang aku kehilangan banyak uang," Son menyelanya.