Jumat 13 Dec 2019 01:40 WIB

LIPI: Revolusi Industri 4.0 Bisa Berdayakan UKM

UKM merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia

Para pelaku UMKM saat bazar Gelar Produk UMKM di Balaikota Depok.
Foto: Republika/Andi Nur Aminah
Para pelaku UMKM saat bazar Gelar Produk UMKM di Balaikota Depok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Revolusi industri 4.0 tidak hanya bisa berlaku untuk manufaktur besar tapi dapat juga memberdayakan usaha kecil dan menengah (UKM). Hal tersebut diungkapkan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Purnama Alamsyah  dalam acara dialog publik mengenai kesiapan Indonesia hadapi Revolusi Industri 4.0 yang diadakan di Jakarta, Kamis (12/12).

"UKM merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. UKM menyumbang 99 persen dari seluruh bisnis yang ada, memperkerjakan 89 persen angkatan kerja sektor swasta dan berkontribusi 57 persen pada produk domestik bruto (PDB)," ujar peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek LIPI itu.

Baca Juga

Revolusi Industri 4.0 adalah era di mana terjadi tren otomasi dan digitalisasi dengan hampir semua besar proses akan melalui sistem internet untuk menghasilkan sistem pabrik yang cerdas.

Perkembangan revolusi industri yang terbaru juga berjalan secara masif dibandingkan generasi sebelumnya yang menyebabkan adanya dampak signifikan bagi berbagai sektor dan pekerjaan yang ada saat ini, termasuk sektor UKM.

Pasar digital dan layanan daring, yang termasuk dalam Revolusi Industri 4.0, memungkinkan pemberdayaan UKM dengan cara yang luas termasuk dalam hal bertransaksi, menurut Purnama.

Tidak hanya itu, kehadiran Revolusi Industri 4.0 juga menghadirkan teknologi disruptif seperti kecerdasan buatan, internet of things (IoT), kendaraan otonom dan rekayasa genetika yang akan memberikan dampak kepada sistem sosial, ekonomi dan politik yang ada saat ini.

Selain itu, menurut Kepala Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek dan Inovasi LIPI Dudi Hidayat, dampak Revolusi Industri 4.0 kepada tiap negara juga berbeda satu dengan lainnya. Hal itu disebabkan karena negara berkembang dan negara maju, menurut dia, memiliki realitas perekonomian yang unik dan tidak bisa dibandingkan satu sama lain.

"Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki realitas ekonomi sendiri serta kondisi sosial dan politik yang berbeda sehingga perlu solusi yang sesuai dan tepat," tegas dia, yang juga hadir dalam dialog publik tersebut.

LIPI mengadakan dialog publik berjudul "Revolusi Industri 4.0: Siapkah Indonesia?" untuk memaparkan hasil penelitian terkait kesiapan Indonesia menghadapi Revolusi Industri 4.0 sekaligus memberikan rekomendasi kebijakan untuk segala pemangku kepentingan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement