Senin 16 Dec 2019 15:30 WIB

Isu Dinasti Politik Ancam Elektabilitas Gibran

Gibran perlu menonjolkan kompetensinya daripada sibuk melakukan pencitraan.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka (tengah)
Foto: Antara/R. Rekotomo
Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Median Rico Marbun mengatakan isu dinastik politik bisa mengancam elektabilitas putra Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada 2020. Ia pun menyarankan agar Gibran lebih sering menonjolkan kompetensinya daripada sibuk melakukan pencitraan.

"Kalau sekiranya isu dinasti politik membesar atau bahkan menemukan momentumnya, itu akan mengancam elektabilitas Gibran," ujar Rico dalam rilis survei Pilkada Kota Solo 2019 di kawasan Jakarta Pusat, Senin (16/12).

Hasil survei Median menyebutkan, responden berpendapat kalau pencalonan Gibran sebagai Wali Kota Solo bukan dinasti politik sebesar 55,5 persen. Akan tetapi, warga Solo yang menganggap majunya Gibran adalah politik dinasti tak sedikit yakni 41,6 persen.

Ada tiga alasan pemilih yang menyatakan majunya Gibran dalam pilkada adalah baik dan bukan dinasti politik. Pertama, sebanyak 41,3 persen berharap Gibran menjadi seperti Jokowi.

Kedua, Gibran merupakan sosok muda sebesar 19,4 persen. Ketiga, Gibran dianggap mampu membawa perubahan sebanyak 14,7 persen. Selanjutnya, alasan lain yang dipilih juga mampu memimpin (7,4 persen), pengusaha (4,7 persen), dan pekerja keras (2,5 persen).

Sementara, responden yang menilai Gibran maju Pilkada itu tidak baik dan dinasti politik karena alasan Gibran terlalu muda sebesar 23,4 persen. Kemudian warga Solo yang beralasan majunya Gibran karena nepotisme dan belum berpengalaman, masing-masing sebesar 18,9 persen.

Kemudian, lanjut Rico, motif responden memilih pejawat Achmad Purnomo yang kini Wakil Wali Kota Solo, lebih rasional dibandingkan alasan memilih Gibran. Responden yang memilih Gibran alasannya dinilai lebih emosional.

Tiga alasan teratas memilih Achmad Purnomo karena berpengalaman (42,5 persen), merakyat (8,3 persen), dan belum ada calon lain (6,1 persen). Sementara tiga alasan memilih Gibran karena muda (27,8 persen), anak Jokowi (18,5 persen), dan pengusaha yang kreatif (13 persen).

"Jadi ada cara orang memilih berbeda, kalau orang memilih Achmad Purnomo itu faktor rasionalitasnya tinggi yaitu karena berpengalaman, tapi kalau orang memilih Gibran ini faktor emosionalnya tinggi pertama karena anak muda, kedua karna figur Pak Jokowi," jelas Rico.

Sehingga, kata dia, Gibran dan tim suksesnya harus berusaha agar alasan emonasional di atas tidak meningkat dengan memperlihatkan kompetensi Gibran itu sendiri. Ia menyebutkan, pencitraan Gibran pun seharusnya tidak berlebihan.

"Artinya dia (Gibran) harus diangkat juga kompetensinya, bukan lagi tidak cukup hanya dengan dianggap muda, tidak cukup hanya dengan dianggap bahwa beliau ini Putra Pak Jokowi," kata Rico.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement