Rabu 18 Dec 2019 15:38 WIB

Cerita Sinta Nuriyah Soal Sahur Keliling yang Satukan Umat

Sinta Nuriyah menggelar sahur keliling bersama kaum dhuafa saat menjadi ibu negara.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ani Nursalikah
Anugerah Doktor UIN Suka. Istri Presiden ke-4 RI Sinta Nuriyah Wahid menghadiri rapat senat terbuka di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Rabu (18/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Anugerah Doktor UIN Suka. Istri Presiden ke-4 RI Sinta Nuriyah Wahid menghadiri rapat senat terbuka di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Rabu (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta menganugerahkan gelar doktor honoris causa kepada Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dalam bidang sosiologi agama. Ia pun bercerita terkait kegiatan sahur keliling yang memperkuat persatuan dan kesatuan di Indonesia.

Kegiatan sahur keliling ini sudah dilakukan sejak 2000 hingga sekarang. Kegiatan ini dilakukan dengan mengajak berbagai kelompok masyarakat yang ada di Indonesia dengan tidak memandang agama, etnis, dan suku.

Baca Juga

Ia bercerita, awal kegiatan ini dilakukan saat ia masih menjadi ibu negara. Saat itu, ia sedang berbincang-bincang dengan staf pribadinya mengenai kegiatan apa yang ingin dilakukan pada Ramadhan.

Berbagai program pun ditawarkan, namun tidak ada yang menurutnya pas untuk dilakukan. Hingga akhirnya, salah satu staf menawarkan membagikan makan dan sahur bersama kaum dhuafa, kaum marjinal, dan anak-anak jalanan.

Saat itu, muncul dipikirannya bagaimana orang-orang yang tidak bisa makan sahur dengan baik. Misalnya, pedagang yang harus berangkat pagi untuk berjualan, kuli bangunan hingga tukang becak.

"Tentu mereka tidak bisa makan sahur dengan baik, bila ingin berpuasa," katanya saat menyampaikan orasi di UIN Suka, Rabu (18/12). 

Ia mengatakan, pelaksanaan sahur keliling ini dilakukan di tempat di mana tukang becak, pengamen, pemulung, kaum dhuafa dan sebagainya berada. Misalnya, di kolong jembatan, terminal atau stasiun, di pasar hingga di lokasi bencana

"Hanya Gus Dur yang tidak menganggap demikian. Mereka sangat berterima kasih kepada Gus Dur. Karena itu, jika mereka diajak bekerja sama melaksanakan kegiatan ini. mereka pasti akan senang, karena merasa dirangkul dan diorangkan," ujarnya.

Keputusan ini, katanya, sangat tepat dan selaras dengan makna dari Surah Al-Hujarat Ayat 13. Ia mengatakan, hidup secara harmonis, toleran, dan saling tolong-menolong diantara sesama merupakan tujuan ayat tersebut.

Dengan begitu, ia mencoba mengundang semua kelompok masyarakat lintas agama untuk membahas kegiatan tersebut. Akhirnya, semua kelompok masyarakat antusias dan semangat melaksanakan kegiatan itu.

"Terutama dari kelompok Matakin (Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia) dan Keuskupan Jakarta. Akhirnya program sahur keliling dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya di seantero kota di Indonesia. Kegiatan ini membuat kami betul-betul bisa merasakan, betapa indahnya kerukunan dan betapa hangatnya kebersamaan," kata Sinta.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement