REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengungkapkan permintaan maaf ke publik, karena sedang berlibur ke Hawaii di tengah bencana kebakaran hebat di negaranya. Australia sedang berupaya untuk mengatasi kebakaran hutan di wilayah timur selama beberapa pekan terakhir.
Musibah kebakaran tersebut telah menghanguskan lebih dari 700 rumah, dan hampir 3 juta hektare hutan semak. Selain itu, kebakaran juga telah merenggut nyawa dua sukarelawan pemadam kebakaran yang sedang berusaha memadamkan api.
"Saya sangat menyesali banyak orang Australia yang terkena dampak kebakaran hutan, ketika saya sedang berlibur dengan keluarga saya," ujar Morrison.
Morrison mengatakan kepada radio 2GB, perjalanan liburannya ke Hawaii telah direncanakan sebagai kejutan bagi anak-anaknya. Selain itu, liburan tersebut merupakan cuti pengganti yang semula dijadwalkan pada Januari 2020.
Namun, pada Januari 2020 Morrison dijadwalkan melakukan kunjungan kerja resmi ke Jepang dan India. Selama berada di Hawaii, Morrison mengaku telah menerima informasi dan mengikuti perkembangan kebakaran hutan di Australia termasuk bencana letusan gunung berapi di Selandia Baru. Morrison mengatakan, ia akan segera kembali ke Sydney.
"Mengingat peristiwa tragis terbaru, saya akan kembali ke Sydney secepat mungkin," kata Morrison dilansir BBC.
Morrison mendapatkan kecaman dari sejumlah warga Australia, karena lebih memilih liburan ketimbang menangani krisis kebakaran hutan yang terjadi di negaranya.
Ratusan demonstran berkumpul di luar kediaman dinas Morrison di Sydney pada Kamis (19/12). Seorang pengunjuk rasa mengenakan kemeja Hawaii dan membawa spanduk bertuliskan, "ScoMo, di mana Anda?". Tulisan itu merujuk kepada nama panggilan Morrison dan iklan internasional untuk Tourism Australia.
Australia adalah salah satu penghasil karbon per kapita terbesar di dunia karena ketergantungannya pada pembangkit listrik tenaga batu bara. Mereka berjanji untuk memotong emisi karbon sebesar 26 persen pada tahun 2030. Namun para kritikus telah mempertanyakan komitmen Morrison.
Pada Juni, pemerintah menyetujui pembangunan tambang batubara baru di negara bagian Queensland oleh perusahaan India, Adani Enterprises. Tambang tersebut diperkirakan menghasilkan 8 juta hingga 10 juta ton batubara termal per tahun.
Banyak warga Australia yang menuding Morrison dan pemerintahannya tidak bertindak apapun atas perubahan iklim. Australia telah dikritik secara internasional karena catatan iklimnya. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, Australia merupakan salah satu negara G20 yang tidak memenuhi janji emisinya. Namun, Morrison mengklaim, Austraia hanya menyumbang 1,3 persen emisi global.
Kebakaran telah mengakibatkan polusi selama berhari-hari di Sydney, yang menyebabkan kualitas udara di kota tersebut berada dalam level berbahaya. Kebakaran hutan dipicu dengan rekor suhu tinggi yang terjadi di seluruh negara bagian Australia. Negara bagian New South Wales (NSW) yang memiliki penduduk 7 juta orang telah mendeklarasikan darurat kebakaran nasional selama tujuh hari.
Kebakaran hutan ini telah menimbulka dua korban meninggal dunia, yakni Andrew O'Dwyer (36 tahun) dan Geoffrey Keaton (32 tahun). Keduanya merupakan petugas sukarelawan pemadam kebakaran. Mereka merupakan ayah dari anak yang berusia 19 bulan. Sementara itu, tiga petugas pemadam kebakaran lainnya terluka dalam kecelakaan truk.
Perdana Menteri NSW Gladys Berejiklian mengimbau kepada seluruh warganya agar tidak pergi liburan ke pantai. Diketahui, beberapa hari menjelang Natal biasanya banyak orang Australia pergi ke pantai untuk liburan.