REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan saat ini lebih dari 80 ribu migran yang melarikan diri dari Idlib Suriah telah mulai bermigrasi ke perbatasan Turki. Dia mengatakan, bila kekerasan terhadap warga Idlib terus berlanjut, jumlah pengungsi tersebut juga bakal terus meningkat.
"Dalam persoalan migrasi seperti ini, Turki tidak akan menanggung beban sendirian dari migrasi ini," kata Erdogan, yang berbicara pada sebuah acara di Istana Dolmabahce di Istanbul, dilansir Anadolu Agency, Senin (23/12).
Erdogan menambahkan, Turki menjadi rumah bagi pengungsi Suriah dengan jumlah terbanyak. Turki menurutnya juga merupakan negara yang menghabiskan dana paling besar untuk bantuan kemanusiaan per kapita.
Turki bersama dengan Rusia, kata Erdogan, sedang melakukan upaya habis-habisan untuk mengakhiri serangan di Idlib. Ankara pun akan mengirim delegasi untuk berdiskusi dengan Moskow pada Senin (23/12) waktu setempat. Pembicaraan tersebut dilakukan untuk menentukan langkah yang akan kedua negara ambil.
Pada September 2018, Turki dan Rusia sepakat untuk mengubah Idlib menjadi zona deeskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang. Sejak itu, lebih dari 1.300 warga sipil telah tewas dalam serangan oleh rezim dan pasukan Rusia di zona deeskalasi ketika gencatan senjata terus dilanggar.
Jika agresi oleh rezim dan sekutunya berlanjut, Turki dan Eropa menghadapi risiko masuknya pengungsi lain. Lebih dari satu juta warga Suriah telah bergerak di dekat perbatasan Turki setelah serangan hebat.
Sejak meletusnya perang saudara berdarah di Suriah pada 2011, Turki telah menampung lebih dari 3,6 juta warga Suriah yang melarikan diri dari negara mereka, menjadikan Turki sebagai negara tuan rumah pengungsi terbaik di dunia. Ankara sejauh ini menghabiskan 40 miliar dolar untuk para pengungsi, menurut angka resmi.