Selasa 24 Dec 2019 16:42 WIB

Demonstran Hong Kong akan Berkumpul Rayakan Natal

Personel keamanan Hong Kong akan bersiaga saat demonstran berkumpul.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Peserta aksi Hong Kong menyalakan senter dari smartphone
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Peserta aksi Hong Kong menyalakan senter dari smartphone

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Para Pengunjuk rasa anti-pemerintah Hong Kong berencana memadati sejumlah pusat perbelanjaan dan wisata populer di kota tersebut. Kegiatan dilakukan bukan untuk melakukan demonstrasi tapi guna mengadakan malam sunyi jelang perayaan Natal.

Meski demikian, kepolisian tetap menyiagakan sejumlah personel keamanan. Hal tersebut dilakukan untuk berjaga-jaga guna mengantisipasi potensi terjadi masalah.

Baca Juga

"Kepolisian tidak akan disiagakan dalam jumlah besar seperti pada hari-hari sebelumnya di sepanjang tepi laut," kata pengawas senior Wong Chi-wai, Selasa (24/12).

Dia mengatakan, kepolisian juga tidak akan menutup akses lalu lintas di distrik Tsim Sha Tsui, di mana sejumlah besar orang secara tradisional berkumpul pada Malam Natal. Kawasan itu merupakan daerah ikonik di kota tersebut yang berbatasan dengan Victoria Harbour.

Dalam sebuah forum online, massa rencananya berkumpul di berbagai mal pada Malam Natal. Sementara, yang lain berencana untuk menghabiskan malam di Tsim Sha Tsui dan menghitung mundur hingga Natal di dekat pantai.

Sementara, Front Hak Asasi Manusia Sipil berencana untuk menggelar pawai lain pada malam tahun baru. Mereka sebelumnya telah mengorganisir beberapa pawai terbesar yang melibatkan lebih dari satu juta orang.

Seperti diketahui, aksi unjuk rasa di Hong Kong kini telah memasuki bulan ketujuh. Demonstrasi juga telah kehilangan skala dan intensitas dari pada aksi sebelumnya.

Kepolisian telah menangkap lebih dari 6.000 orang sejak protes meningkat pada Juni lalu. Aparat juga terus melakukan pengepungan keras di Universitas Politeknik Hong Kong pada pertengahan November.

Banyak warga Hong Kong marah pada apa yang mereka lihat ketika Beijing ikut campur dalam kebebasan yang dijanjikan kepada bekas jajahan Inggris ketika kembali ke pemerintahan Cina pada 1997.

China kemudian membantah ikut campur dan mengatakan itu berkomitmen pada formula 'satu negara, dua sistem' yang diberlakukan pada saat itu dan menyalahkan pasukan asing karena mengobarkan kerusuhan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement