REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk mendorong perbaikan sistem pensiun. Macron mempertahankan sikapnya walaupun diprotes serikat buruh Prancis yang menggelar unjuk rasa selama beberapa pekan.
Dalam pidato tahun baru, Macron mengatakan ia berharap pemerintah yang ia pimpin bekerja cepat meraih kompromi dengan serikat buruh tapi tanpa keluar dari prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan kementerian. Serikat buruh Prancis mencoba memaksa mantan bankir investasi itu membatalkan reformasi sistem pensiun.
Sejak 5 Desember anggota serikat buruh Prancis menggelar unjuk rasa di seluruh penjuru negeri yang mengganggu transportasi publik. "Reformasi pensiun yang sudah saya lakukan terhadap diri saya sendiri sebelum diri Anda akan dilakukan karena ini proyek keadilan sosial dan kemajuan," kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, Rabu (1/1).
Macron ingin mengganti sistem pensiun Prancis yang mencakup 42 skema sektor spesifik dengan satu sistem dasar untuk semuanya. Menurut pemerintah hal itu akan lebih adil dan transparan.
Pemerintah Macron menolak permintaan serikat buruh yang ingin membatalkan seluruh rencana reformasi sistem pensiun. Demi meredakan ketegangan, pemerintah Prancis menawarkan konsesi beberapa sektor. "Kami akan mempertimbangkan tugas-tugas sulit sehingga mereka yang melakukannya dapat pensiun lebih awal," kata Macron.
Sejauh ini Macron menolak membatalkan rencana yang mendorong pekerja baru bisa pensiun di usia 64 tahun. Serikat buruh meminta agar usia pensiun Prancis tetap 62 tahun.
Dalam rencana reformasi sistem pensiun Macron, pekerja yang pensiun di bawah usia 64 tahun akan mendapatkan uang pensiun lebih sedikit. Kecuali beberapa profesi seperti polisi atau tentara.