REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Konstantinopel dulu merupakan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium yang dikuasai umat Kristiani. Kota ini merupakan kota terbesar dan termakmur pada Abad Pertengahan. Sejak abad ke10, kota ini kemudian umum disebut Istanbul.
Hasrat kaum Muslimin untuk menguasai kota ini sama tuanya dengan agama Islam itu sendiri. Titah merebut Konstantinopel bahkan bermula sejak masa Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari, Ahmad dan al-Hakim, Nabi Muhammad juga bersabda:
“Konstantinopel akan jatuh di tangan seorang pemimpin yang sebaik-baik pemimpin, tentaranya sebaik-baik tentara, dan rakyat sebaik-baiknya rakyat”.
Buku berjudul “1453: Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim” ini mengisahkan detik-detik penaklukan Konstantinopel yang dilakukan umat Islam. Pertempuran selama lima puluh hari tersebut diceritakan secara dramatis dalam buku ini.
Selama lebih dari seribu tahun, Konstantinopel adalah pusat dunia Barat sekalgus pertahanan Kristen terhadap Islam. Kota ini tak pernah lepas dari ancaman, namun selalu selamat dari penyerangan yang rata-rata muncul setiap empat puluh tahun.
Hingga akhirnya, Sultan Usmani, Mehmet II, dengan bala tentaranya yang sangat besar berhasil melewati tembok pertahanan kota itu. Berbekal pesenjataan baru yang canggih, pada April 1453, sebanyak 80 ribu pasukan Muslim mulai menyerang delapan ribu pasukan Kristen di bawah pimpinan Konstantin XI, Kaisar Byzantium ke-57. Hingga akhirnya Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam.
Penulis buku ini, Roger Crowley menceritkan peristiwa besar dalam sejarah dunia tersebut dengan gaya penceritaan seperti novel. Dia mengisahkan dengan gaya bahasa yang mengalir dan dengan bukti-bukti sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dalam buku ini, Riger juga menampilkan kontestasi Sultan Mehmet II dan Kaisar Konstantin XI, yang berjuang demi keyakinan agama dan kekaisarannya.