REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir melanda wilayah Jabodetabek termasuk Kabupaten Lebak, Banten pada awal tahun 2020 ketika para murid tengah berlibur. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Wawan Ruswandi mengatakan, pihaknya mengundurkan jadwal masuk sekolah karena sekolah-sekolah pun terdampak banjir.
"Untuk sekolah yang terdampak banjir bandang, masuk sekolah mundur dari tanggal 6 ke tanggal 12 Januari 2020," ujar Wawan dalam Laporan Bencana Banjir Bandang tertanggal 2 Januari 2020.
Laporan itu dikirimkan Kepala Biro Humas Kemendikbud Ade Erlangga Masdiana kepada Republika, Ahad (5/1). Dalam laporan itu, terdapat beberapa poin hasil rapat Dinas selain menetapkan jadwal kegiatan belajar mengajar diundur.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak merencanakan relokasi kegiatan belajar mengajar. Disebutkan beberapa murid sekolah akan belajar di satu ruangan Majelis Taklim, satu ruangan di masjid yang berada di Kampung Buluheun, dan dua ruangan di Madrasah Diniyah.
Selain itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak juga merencanakan penyediaan peralatan pembelajaran seperti alat tulis, spidol, dan alat tulis, serta alas tikar dan karpet. Kemudian Dinas juga melakukan rekapitulasi aset sekolah dan data guru serta siswa terdampak banjir.
Laporan itu pun menyebutkan sebanyak 12 sekolah mengalami kerusakan akibat banjir dengan rincian tiga Sekolah Dasar Negeri (SDN), dua Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN), satu Taman Kanak-Kanak (TK), dan enam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Lalu, 20 orang guru dan tenaga kependidikan terdampak banjir bandang yang merendam rumah mereka.
Selain itu, banjir juga mengakibatkan pakaian dan peralatan sekolah milik ratusan siswa rusak atau hilang. Laporan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak menuturkan, ada setidaknya 176 siswa dari SMPN 5 Sajira terdampak banjir, sedangkan beberapa sekolah lain belum terdata.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan saat ini jajarannya terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) terdampak banjir dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan pendataan sekolah terdampak banjir.
"Selain sekolah, tim juga melakukan pendataan siswa, guru, dan tenaga kependidikan terdampak bencana banjir," ujar Nadiem dalam siaran persnya, Jumat (3/1).
Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB) Kemendikbud mencatat per 3 Januari 2020, terdapat 290 sekolah terdampak banjir di wilayah DKI Jakarta, yaitu 201 terendam banjir, sedangkan 89 sekolah mengalami gangguan pada akses menuju sekolah. Seknas SPAB juga melaporkan 8.420 siswa di DKI Jakarta terdampak banjir.
Nadiem mengatakan, tim dari Direktorat Pembinaan SMP dan LPMP Banten sudah turun ke lapangan memberikan bantuan awal. Mendikbud menuturkan, saat ini direktorat teknis terkait sedang menyiapkan bantuan berupa tenda sekolah darurat, perlengkapan sekolah, alat permainan edukatif (APE), laptop untuk pembelajaran, serta buku-buku cerita.
Kemudian juga disiapkan bantuan berupa layanan psikososial bekerja sama dengan beberapa lembaga. "Kemendikbud juga sedang melakukan pendataan untuk pemberian tunjangan khusus bagi para guru terdampak banjir yang akan diberikan selama tiga bulan," kata mantan CEO Gojek itu.
Selain itu, tunjangan profesi bagi guru terdampak banjir juga tetap akan dibayarkan. Sementara terkait rehabilitasi sekolah terdampak banjir, Nadiem menyatakan akan melakukan koordinasi dan pengkajian terlebih dahulu dengan melibatkan Pemda, BNPB, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.