Ahad 05 Jan 2020 21:58 WIB

Banjir di Lebak, Dongeng Hingga Melahirkan di Pengungsian

Posko Dompet Dhuafa sempat menghadirkan dongeng bagi anak penyintas banjir

Dompet Dhuafa terjunkan tim bantu korban banjor bandang Lebak.
Foto: Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa terjunkan tim bantu korban banjor bandang Lebak.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Bencana banjir bandang yang melanda titik terparah di 3 kecamatan di Lebak yakni Lebak Gedong, Cipanas dan Sajira tentu melahirkan duka bagi masyarakat setempat. Di posko Dompet Dhuafa tepatnya di Pondok Pesantren Darul Mustafa, Desa Luhur Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, lebih dari 600 jiwa dari kurang lebih 130 Kepala Keluarga mengungsi.

Beberapa mengaku mengungsi akibat rumah mereka hancur, ada yang tertimbun longsor, tersapu banjir bandang dan tergerus tanah. 1.800 porsi makan harus disediakan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, 1 mobil tangki, 1 mobil dapur keliling, 1 mobil toilet siaga untuk kebutuhan dasar tersebut.

Dompet Dhuafa, Ahad (5/1) membuka pos bekerja sama dengan pondok pesantren mencoba melayani mereka dengan sepenuh daya upaya. Mulai dari dapur umum yang menyediakan kebutuhan makan, pos hangat untuk melayani dinginnya malam dan pagi jelang hari berganti, layanan medis, evakuasi hingga pendampingan psikologi terpadu dalam satu ihtiar bahwa penyintas tak sendirian dalam kebencanaan.

Hari ketiga tepatnya sabtu, (4/1) Dompet Dhuafa berkolaborasi dengan Kampung Dongeng Cilegon menghadirkan dongeng ceria bagi anak-anak penyintas bencana sebagai pelipur lara, agar trauma tak melekat dalam dada dan raut bahagia bisa berwujud seutas tawa ditengah duka yang menganga. Lebih dari 60 anak setidaknya bisa menyunggingkan senyum meski ingatan mereka akan gemuruh longsor dan derasnya air sungai masih belum hilang sepenuhnya.

"Harapan kami, anak-anak bisa ceria setelah murung mengingat kejadian yang menimpa mereka. Besok kami akan hadirkan taman ceria dan fino badut untuk kembali menghibur mereka" ujar Sofik, relawan kemanusiaan Dompet Dhuafa Banten.

Seorang ibu yang kami biasa panghil "si teteh", bahkan harus merasakan duka lebih dalam, pasalnya ia harus melahirkan buah hati tercinta di tempat mengungsi, bukan klinik atau rumah sakit seperti kebanyakan ibu-ibu lain melahirkan bayinya.

Beruntung ada tenaga medis yang membantu proses kelahiran sehingga keduanya bisa diselamatkan dalam kondisi sehat dan kuat. Sayangnya ASI sang ibu tak keluar sehingga terpaksa bayi merah itu tak bisa menyedot ASI dari ibunya dan harus mencari alternatif lain.

Bahagia ditengah duka atas lahirnya buah hati tercinta menjadi cerita yang tak mungkin terlupa. Satu lagi yang membuat kita mengelus dada, pesantren harus kembali belajar pada senin, 6 januari 2020, namun karena ada banyak penyintas maka santri baru bisa masuk tanggal 12, mundur 1 pekan dari jadwal atas nama kemanusiaan, sungguh pak Kyai amat mulia demi sesama, sekolah berjenjang MTs dan Madrasah Aliyah itu harus menunda jadwal belajarnya.

"Kami hanya punya waktu sampai rabu, 9 januari 2020 untuk menyiapkan hunian sementara, semoga bisa direalisasikan, karena untuk kembali ke rumah mereka, itu sangat berbahaya dan rumahnyapun sudah hancur di timbun longsor" ujar Mokhlas Pidono, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Banten.

Sampai Sabtu (4/1) dini hari, belum ada kepastian kemana pengungsi akan dialihkan. Ada kemungkinan pengungsi bertambah sekitar 200 orang dari Lebak Gedong besok.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement