REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Otoritas F1 terus memantau situasi di Australia terkait kebakaran hebat dalam beberapa bulan terakhir. Itu dilakukan untuk memastikan seri perdana musim 2020 yang akan berlangsung di Melbourne 13-15 Maret mendatang berjalan lancar.
Dilansir dari BBC, Rabu (8/1), kualitas udara di Sydney dan Melbourne dilaporkan sangat tidak sehat. Hal tersebut akibat kebakaran yang disebut-sebut terparah sepanjang sejarah dengan perkiraan luas lahan terdampak mencapai 4,9 juta hektare.
F1 mengatakan, terus berkomunikasi dengan penyelenggaran GP Australia. Musibah ini membuat F1 dan pihak GP Australia berencana memberikan bantuan bagi korban. Namun F1 tak menyebutkan angka yang akan disumbangkan.
Kebakaran tersebut disebabkan oleh perubahan iklim. F1 pun memiliki niat ikut berperan mengatasi perubahan iklim tersebut, salah satunya penggunaan mesin turbo-hybrid pada 2014.
Mesin pada mobil F1 sekarang ini sudah menggunakan biofuel. Peraturan teknis pun menentukan bahan bakar harus memiliki 5,75 persen komponen biofuel. Rencananya akan ditingkatkan menjadi 10 persen pada 2021.
November lalu juga telah diumumkan penggunaan netral karbon pada 2030. Presiden Federasi Otomobil Internasional (FIA), Jean Todt mengatakan ada dua penyebab risiko yang bisa diterima oleh olahraga motorsport, yaitu lingkungan dan kecelakaan besar. "Keselamatan dan lingkungan sangat penting untuk mengamankan masa depan motorsport," kata dia.
Oleh karena itu, lanjut Todt, bahan bakar ramah lingkungan harus dihadirkan di balapan F1. Untuk mewujudkan itu, ia mengklaim telah mempunyai ahli mencari solusinya.