Rabu 08 Jan 2020 09:38 WIB

Kapitalisasi Pasar Tesla Mampu Lampaui GM dan Ford Motors

Kpaitalisasi pasar Tesla mencapai sekitar 84,5 miliar dolar AS.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Tesla
Foto: EPA
Tesla

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham Tesla naik 3,88 persen pada Selasa (7/1) setelah presentasi Elon Musk di pabrik baru Tesla di Shanghai. Saham Tesla naik dua kali lipat dalam enam bulan terakhir, dan membuat kapitalisasi perusahaan mampu melampaui kapitalisasi pasar General Motors dan Ford Motor jika digabungkan.

Kapitalisasi pasar Tesla dalam enam bulan terakhir mencapai sekitar 84,5 miliar dolar AS. Sementara General Motors kapitalisasi pasar sekitar 50,2 miliar dolar AS dan Ford sekitar 36,7 miliar dolar AS.

Baca Juga

Nilai pasar tersebut terlepas dari rekor laba dan upaya signifikan oleh para produsen mobil asal Detroit dalam beberapa tahun terakhir untuk merestrukturisasi operasi dan memangkas biaya.

"Mereka menyikut pesaing mereka di AS. Saya tidak berpikir itu akan sama saja di China, tetapi bagaimanapun, hari yang luar biasa bagi Tesla dan layak diterima karena mereka telah berinovasi dengan produk yang banyak kita sukai," kata Paul Holland, mitra umum di Foundation Capital, dilansir di CNBC, Rabu (8/1).

Dengan mempertimbangkan ekuitas, utang, dan uang tunai, para produsen mobil asal Detroit ini memiliki penilaian total yang jauh lebih tinggi. Ford akan bernilai paling tinggi dengan nilai perusahaan total 154 miliar dolar AS, diikuti oleh GM pada 132 miliar dolar AS, menurut data yang dikumpulkan oleh FactSet.

Nilai total perusahaan Tesla, termasuk utang dan uang tunai, adalah sekitar 92 miliar dolar AS, menurut penyedia data keuangan.

GM sebelumnya memperingatkan tentang tantangan yang berkelanjutan di China setelah penurunan penjualan dua digit pada 2019.

"Kami memperkirakan penurunan pasar akan berlanjut pada tahun 2020, dan mengantisipasi tantangan yang sedang berlangsung dalam bisnis kami di China," kata Presiden GM China Matt Tsien.

Ford belum merilis penjualan 2019 untuk pasar China, yang diperkirakan akan mengalami penurunan penjualan kedua berturut-turut tahun lalu di tengah melemahnya ekonomi dan perang dagang dengan AS.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement