Rabu 08 Jan 2020 14:09 WIB

Program Pemkot Bandung Diklaim Kurangi Volume Sampah

Kenaikan volume sampah di kota Bandung pada 2019 sebesar 4 persen.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Kenaikan volume sampah di kota Bandung pada 2019 sebesar 4 persen. Foto: Sampah rumah tangga yang berasal dari Kota Bandung terbawa aliran sungai Cikapundung saat hujan deras dan tertahan di jembatan Sukabirus, penghubung  Kampung Sukabirus dan Kampung Bojongsoang di RT 07 RW 03, Selasa (16/4).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Kenaikan volume sampah di kota Bandung pada 2019 sebesar 4 persen. Foto: Sampah rumah tangga yang berasal dari Kota Bandung terbawa aliran sungai Cikapundung saat hujan deras dan tertahan di jembatan Sukabirus, penghubung Kampung Sukabirus dan Kampung Bojongsoang di RT 07 RW 03, Selasa (16/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- PD Kebersihan Bandung mengungkapkan kenaikan volume sampah di Kota Bandung pada tahun 2019 mengalami penurunan. Salah satu faktor pemicu diklaim adalah program Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung yaitu Kang Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan (Pisman).

"Tren kenaikan volume sampah tiap tahun turun. Biasanya kenaikan 5 sampai 10 persen, khusus tahun 2019 turun menjadi 4 persen. Kalau timbulan (sampah) naik," ujar Pjs Direktur Utama PD Kebersihan Bandung, Gun Gun Saptari di Balaikota, Rabu (8/1).

Baca Juga

Sejak menjabat sebagai direktur 4 tahun lalu, menurutnya volume sampah yang diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) mencapai 800-900 ton pertahun. Meski belum menjadi ukuran, ia mengatakan Kang Pisman berdampak pada penurunan kenaikan volume sampah.

Gun Gun mengatakan tahun 2020 pihaknya masih akan melakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah kepada masyarakat. Menurutnya, angka pasti penurunan volume sampah bisa diketahui pada 2021 mendatang.

"Tahun ini memperkuat sosialisasi, memperbanyak model percontohan seperti di RW, mall, dan rumah sakit yang menerapkan kang Pisman dan mengadakan FGD," katanya.

Ia mengatakan Wali Kota Bandung, Oded M Danial sempat melontarkan keinginan untuk mengelola sampah dengan menggunakan maggot dan biopori vertikal. Menurutnya, beberapa pilihan metode tersebut diserahkan kembali kepada masyarakat yang akan mengolahnya.

"Biopori vertikal itu, kami tahu dari acara konferensi internasional tentang zero waste. Di India, dia cukup berhasil sampah organik bisa selesai disumbernya," ungkapnya.

Gun Gun mengatakan cara menggunakan biopori vertikal yaitu masyarakat bisa menyiapkan pipa yang dipasang di halaman rumah. Menurutnya, masyarakat bisa membuang sampah di pipa tersebut dan dibiarkan membusuk secara alami.

Sebelumnya, Wali Kota Bandung, Oded M Danial mendorong pengelolaan sampah di Kota Bandung menggunakan maggot dan biopori vertikal. Ia mengklaim pemakaian maggot untuk mengurai sampah oleh masyarakat berhasil mengurangi sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

"Saya berharap kedepan (pengelolaan sampah) ada dua, setelah mang Oded mimpin selama 1 tahun 3 bulan. Dari kajian mulai dari magotisasi dan biopori. Saya sekarang akan memprioritaskan memakai magotisasi, kedua biopori vertikal," ujarnya.

Menurutnya, pengelolaan sampah menggunakan biopori vertikal dilakukan dengan cara memasang pipa paralon berukuran 1-2 meter yang ditancapkan ke tanah. Selanjutnya, ia mengatakan sampah disimpam di paralon tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement