Kamis 16 Jan 2020 12:27 WIB

Virus Theileria Diduga Jadi Penyebab Kematian Ternak

Sleman menghadapi kasus pertama dugaan infeksi virus Theileria pada ternak.

Pasar ternak sapi. Sleman menghadapi kasus pertama dugaan infeksi virus Theileria pada ternak.
Foto: Republika/ Wihdan
Pasar ternak sapi. Sleman menghadapi kasus pertama dugaan infeksi virus Theileria pada ternak.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Peternak sapi di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaku resah karena munculnya virus Theileria yang menyerang hewan ternak. Beberapa sapi ternak warga mati akibat infeksi virus tersebut.

"Di kandang kelompok ini sudah ada yang mati satu pada 13 Oktober 2019," kata Mulyono selaku pengurus Kelompok Ternak Mergo Andini Makmur, Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan Mulyono di Sleman, Kamis.

Baca Juga

Mulyono mendapat kabar dari petugas Puskeswan, belum lama ini juga ada ternak yang mati juga di peternakan lain. Menurut dia, beberapa sapi di peternakan lain di Seyegan juga dilaporkan ada yang mati beberapa bulan lalu.

"Di kandang kelompok ini memang baru satu sapi yang mati, namun virus Theileria ini membuat kami resah, karena membahayakan ternak sapi lainnya, sebab sifatnya yang mudah menular," katanya.

Mulyono mengatakan, dari hasil laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates, Kulon Progo menyebutkan bahwa dari 62 sapi yang ada, 56 sudah terjangkit virus Thailera. Itu artinya, hampir 90 persen sapi sudah terjangkit.

Mulyono mengatakan, sapi yang terinveksi virus Thailera bisa berdampak menurunkan berat badan, penurunan reproduksi, dan penurunan produksi susu. Bahkan, kalau sudah kronis bisa terjadi kencing darah dan mati.

"Sapi sedang bunting juga bisa keguguran," katanya.

Mulyono mengatakan, ternak sapi yang terjangkit virus Thailera dimungkinkan juga berasal dari peternak yang salah memberikan makanan. Kondisi padi yang rusak serta adanya kotoran tikus di sawah kadang menjadi hal yang kurang diperhatikan oleh para peternak.

"Seperti saat ini kondisi padi banyak yang rusak, banyak yang tidak sadar lalu diberikan untuk makan sapi seperti biasa. Selain itu dari kotoran tikus yang ada di sawah juga," katanya.

Selain menular, kata dia, yang paling dikhawatirkan para peternak adalah dari Puskeswan maupun Dinas Peternakan tidak mempunyai vaksin atau obat untuk penyakit Theleria.

"Ini membuat para pemilik sapi harus iuran sebesar Rp90 ribu untuk satu botol obat yang akan dibeli secara online yang harganya sekitar Rp5,3 juta," katanya.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Heru Saptono tidak membantah adanya temuan virus yang diduga Theleria di wilayah Kecamatan Seyegan. Hanya saja, pihaknya baru melakukan tahapan uji lab dan belum mendapatkan laporan adanya ternak sapi yang mati.

"Baru suspect dan baru kami ujikan di BBVET Wates. Matinya belum tahu, namun memang ada sapi yang terindikasi," katanya.

Heru mengatakan, adanya dugaan virus Theleria, merupakan kasus pertama kali yang terjadi di Kabupaten Sleman. Sejalan dengan itu, belum ada anggaran yang disiapkan untuk pembelian obat jenis virus tersebut.

"Virus Theleria baru pertama kali di Sleman. Jadi belum ada anggaran untuk obat tersebut. Kami masih menunggu uji labnya, kalau positif Theleria, kami akan membicarakan anggaran," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement