REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) sedang merawat 11 tentaranya karena memperlihatkan tanda-tanda gegar otak setelah Iran melancarkan serangan rudal ke sebuah pangkalan Irak yang ditempati pasukan AS pada Rabu (8/1) silam. Demikian diungkapkan militer AS, Kamis (16/1).
Sebelumnya, AS mengatakan tidak ada anggota militernya yang terluka dalam serangan itu. Tembakan rudal itu merupakan balasan Iran atas serangan pesawat nirawak AS di Baghdad pada 3 Januari, yang menewaskan Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran.
Presiden Donald Trump dan militer AS sebelumnya mengatakan tidak ada korban dalam serangan di pangkalan udara Ain al-Asad di Irak barat itu dan di sebuah pangkalan lainnya di wilayah Kurdi utara.
"Walaupun tidak ada personel AS yang meninggal dalam serangan Iran pada 8 Januari ke pangkalan udara Al Asad, beberapa personel sedang dirawat karena memperlihatkan gejala gegar otak akibat ledakan dan mereka sedang diperiksa," kata Kapten Bill Urban selaku juru bicara Komando Pusat AS.
Sebagai langkah pencegahan, beberapa tentara dibawa ke fasilitas AS di Jerman dan Kuwait untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. "Kalau dianggap sudah bisa menjalankan tugas, para personel diperkirakan akan kembali ke Irak," jelasnya. Personel AS yang berada di pangkalan di daerah gurun Irak, Anbar, berjumlah sekitar 1.500 orang.