REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pertemuan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Gerakan Pemuda (GP) Ansor pada Kamis (16/1) malam mendapat tanggapan positif dari beberapa kalangan. Pertemuan tersebut digelar di Kantor PP GP Ansor kawasan Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Pertemuan itu membahas sejumlah isu yaitu gerakan kebangsaan, pemuda dan pembangunan bangsa. Terlebih, ada upaya dari sekelompok orang yang berusaha mengadu antara kelompok Islam dan nasionalis.
Direktur Indonesia Policy Institute, Karyono Wibowo, menilaipertemuan kedua organisasi ini merupakan penopang NKRI dalam mempertahankan ideologi Pancasila.
"Sangat bagus. Patut diapresiasi. Hubungan antara nasionalis dan nahdliyin ibarat sekeping mata uang dan dua kekuatan yang menjadi penopang NKRI menjadi kekuatan yang konsisten untuk mempertahanakan ideologi Pancasila, toleransi dan keberagaman (kebinekaan)," kata Karyono di Jakarta, Jumat (17/1).
Karena itu, kata Karyono, dua kelompok ini tidak boleh dipisahkan. Bila terpisah, maka NKRI akan terancam dengan perpecahan. Terlebih, pandangan nasionalis dan religius adalah kekuatan yang kokoh untuk menjaga dan mempertahankan NKRI.
"Itu sebabnya, hubungan (kedua kekuatan) itu harus terus dilanjutkan di tengah ideologi transnasional yang mengancam NKRI, dan ideologi Pancasila," kata Karyono.
Karenanya, lanjut Karyono, sangat relevan pertemuan PDIP dengan GP Ansor, karena kekuatan ini harus bersama-sama menghadapi ancaman ideologi transnasional seperti khilafah yang belakangan ini mencuat.
Menurut pengamat ketahanan nasional, Stanislaus Riyanta, wajar jika ada pertemuan untuk konsilidasi, apalagi keduanya punya permasalahaan dalam arti musuh bersama yaitu radikalisme.
Dengan demikian, pertemuan kedua organisasi itu sangat penting sebagai inisiasi elemen-elemen bangsa untuk bersama-sama searah menghadapi persoalan bangsa.
"GP Ansor dan PDIP itu punya gen yang sama terkait merah-putih, ketika mereka konsilidasi dan bergerak bersama itu adalah hal yang wajar, karena memang punya arah yang sama jika dihadapkan pada persoalan kebangsaan," kata Stanislaus.
Dikatakan Stanislaus, radikalisme bisa ditanggulangi jika ada kolaborasi antar-lembaga negara, ormas dan masyarakat. Tidak bisa hanya ditangani penegak hukum.
"PDIP dan Ansor dapat berkolaborasi secara positif untuk memperkuat daya cegah tangkal ancaman radikalisme di masyarakat," katanya.
Di samping itu, kata Stanislaus, PDIP dan Ansor juga bisa berkolaborasi untuk masalah-masalah lain yang bersifat strategis untuk kepentingan bangsa dan negara. "Ini akan menjadi kekuatan yang positif untuk membantu negara," kata Stanislaus alumni S2 Ketahanan Nasional Universitas Indonesia ini.