REPUBLIKA.CO.ID, Banjir di awal Januari 2020 lalu berimbas ke banyak wilayah di Jakarta, tidak terkecuali Objek Vital Nasional di Kawasan Industri Pulogadung. Dari total luas 400an hektare, 30 persen kawasan Kawasan Industri Pulogadung terdampak Banjir. Kerugian para pelaku industry pun tidak bisa terhindarkan.
Berdasarkan pantauan Republika, saluran air di Jalan Rawa Bali II dan Rawa Bali I Kawasan Industri Pulogadung memang tersumbat dan tidak mengalir ke jalur darinase utama. Seperti saluran air yang terlihat di depan PT Indografik Center dan Percetakan Republika Grafika, air sisa banjir dua pekan lalu masih tergenang bercampur dengan air selokan yang kotor.
Genangan air sisa banjir di selokan ini terperangkap di sepanjang saluran Jalan Rawa Bali I dan Rawa Bali II. Akibatnya air sisa banjir yang bercampur dengan air selokan masih terlihat meluber di pinggir jalan, walaupun tidak ada hujan yang mengguyur.
Genangan air yang tidak tersalurkan ke drainase utama ini yang membuat kawasan Jalan Rawa Bali I dan II selalu terendam saat hujan deras. Anehnya batas antara saluran air dengan jalan hanya ditutupi oleh karung-karung putih berisi lumpur hasil pengerukan saluran air yang dilakukan PT JIEP sepekan sebelum banjir di awal Januari.
Memang saluran air sudah dikeruk dan diperdalam, tetapi air tetap terperangkap dan tidak mengalir ke saluran utama di sisi Jalan Pulogadung. Beberapa pabrik yang kawasannya berada di wilayah Jalan Rawa Bali I dan Rawa Bali II terlihat mensiasati dengan meninggikan jalan masuk pabrik.
Langkah ini dilakukan karena area pabrik dan industri kini lebih rendah dari jalan. Sedangkan saluran air di depan area pabrik tersumbat dan air sisa banjir terperangkap, atau tetap tidak terbuang ke saluran drainase utama.
Beberapa industri di Kawasan Pulogadung yang paling merasakan dampaknya adalah industri percetakan. Dari lima percetakan besar di Kawasan Pulogadung setidaknya tiga ikut terdampak banjir. Mesin cetak hingga bahan rol kertas yang disiapkanpun basah dan tidak bisa digunakan kembali.
Tiga percetakan di Kawasan Industri Pulo Gadung yang terdampak itu diantaranya, Percetakan Republika Grafika, PT Indografik Center dan PT Aksara Grafika Pratama (Bisnis Indonesia). Ketiga percetakan ini sempat terdampak banjir, dua diantaranya mengalami kerugian cukup parah karena mesin, kertas rol dan order hasil cetakan harus rusak karena terendam banjir.
PT JIEP (Jakarta Industrial Estate Pulogadung) sebagai pihak pengelola kawasan obyek vital nasional ini, dinilai menjadi penyebab semakin parahnya kerugian banjir. Manajer Produksi di Percetakan Republika Grafika Nurrokhim mengatakan pihak JIEP selaku pengelola kawasan obyek vital industri Pulogadung tidak mampu mengurangi dampak banjir.
Sebab, hampir setiap terjadi hujan lebat terutama jelang prediksi banjir lima tahunan, kawasan industri Pulogadung selalu terdampak banjir. Seharusnya, kata dia, JIEP selaku pengelola yang diberitugas langsung oleh pemerintah pusat dan daerah bisa mengantisipasi sejak lama. Sehingga banjir tidak selalu merendam kawasan industri strategis.
"Selama ini tidak pernah ada pemberitahuan dini dari pihak pengelola kalau banjir mulai datang. Sarana dan prasarana untuk antisipasi banjirpun minim, termasuk infrastruktur drainase yang sangat buruk," kata Nurrokhim, Rabu (15/1).
Hampir tiap musim penghujan, ia merasakan kawasan industri Pulogadung khususnya di area Jalan Rawa Bali II, selalu banjir. Pada banjir yang terjadi 1 Januari lalu, Nurrokhim menyebut ketinggian air banjir di Jalan Rawa Bali II sudah setinggi paha orang dewasa. Akses ke industri di Jalan Rawa Bali II, diakui dia termasuk yang terdampak cukup parah.
Walaupun beberapa pabrik sudah mengantisipasi dengan meninggikan bangunan pabrik, namun tidak dibarengi dengan perbaikan jalan dan drainase. Akibatnya, ia mengungkapkan banjir di mengganggu akses lima industri di akses Jalan Rawa Bali II ini. Diantaranya dua industri percetakan, Republika Grafika dan Indografik Center, PT Nutrifood, PT SAI Indonesia dan PT Solo Murni.
"Area akses jalan dan drainase di Jalan Rawa Bali II Pulogadung, ini tidak pernah ada perbaikan," ujar Nurrokhim.
Manager Produksi PT Indografik Center, Martinus Dwi Aryanto mengatakan setidaknya dua mesin cetaknya harus tidak beroperasi akibat banjir yang merendam mesin ini. Bukan hanya mesin tiga rol kertas dan ratusan produk hasil cetakan harus terbuang sia-sia karena tidak bisa dipakai dan diserahkan ke customer.
"Air naik dengan waktu yang cukup cepat, tidak mungkin kita mengangkat mesin dan rol kertas yang seperti itu. Padahal untuk rol kertas sudah kami kasih satu palet kayu untuk meninggikan masih saja terendam," kata Martinus.
Pihaknya juga ikut mempertanyakan kinerja JIEP mengantisipasi banjir. Menurut dia, sebagai pengelola kawasan industri Pulogadung, seharusnya JIEP memperlakukan semua area kawasan industri sama, tidak membeda-bedakan, antara satu area dengan area yang lain.
"Padahal kami sudah membayar maintenance fee setiap bulan, bahkan maintenance fee tersebut selalu naik dari tahun ke tahun. Tapi pengelolaan kawasan industri Pulogadung ternyata tidak menjadi lebih baik. Bahkan lampu penerangan jalan di Rawa Bali II pun tidak ada," kata dia.
Buruknya pengelolaan JIEP saat banjir kemarin bahkan disampaikan oleh beberapa petugas keamanan penjaga pabrik. Diantaranya dua satpam PT Moon Lion Industri Indonesia, pabrik pembuatan mur baut di Jalan Rawa Bali I. Salah seorang petugas keamanan pabrik ini, Windu mengatakan selokan di depan pabrik PT Moon Lion sampai saat ini masih tersumbat, sehingga air banjir dari dua pekan lalu tidak bisa mengalir.
Diakui dia, selokan di Jalan Rawa Bali I sempat dikeruk oleh pihak pengelola JIEP sepekan sebelum banjir, namun tetap tidak mengalirkan saluran air ke drainase utama. Hanya karung-karung lumpur yang dikumpulkan di dekat selokan.
"Sampai sekarang air banjir kemarin itu masih menggenang di depan selokan pabrik," kata dia.
Windu pun menjelaskan saat-saat hujan lebat jelang banjir 1 Januari lalu. Curah hujan yang tinggi, diperparah selokan yang tidak terhubung ke drainase membuat air merendam area pabrik PT Moon Lion setinggi betis pria dewasa. "Mesin kami beberapa juga kena terendam air," kata dia.
Hal senada disampaikan petugas keamanan lain PT Moon Lion, Eko Yulianto. Eko yang menjadi petugas jaga sehari selanjutnya mengatakan tidak ada perahu karet atau bantuan evakuasi apapun kepada pekerja yang terjebak saat bertugas. "Enggak ada, sekalian kita komplain ke JIEP ini," kata Eko.
Eko mengaku akses jalan yang terendam sepaha orang dewasa, sedangkan area dalam pabrik yang terendam setinggi betis. Air merendam PT Moon Lion selama tiga hari. Eko mengatakan surut air cukup lama karena selokan yang tersumbat, padahal seminggu sebelum banjir baru dikeruk.
Salah satu alasannya karena selokan terputus, dan pihak pengelola tidak menghubungkan selokan di depan PT Moon Lion ke drainase di jalan akses utama Pulogadung. Buruknya langkah antisipasi banjir oleh PT JIEP ini, dianggap satu dari sekian banyak buruknya pengelolaan kawasan industri Pulogadung oleh JIEP.
Direktur Produksi PT Aksara Grafika Pratama, percetakan koran Bisnis Indonesia, Yosep Bayu Widagdo mengatakan JIEP selaku pihak pengelola tidak pernah terbuka, kepada pelaku industri di Pulogadung.
"Sebenarnya mau dibawa kemana kawasan industri obyek vital nasional ini?," kata Bayu.
Bayu mengatakan, semakin banyak area industri yang terbengkalai, ditinggal pemiliknya akibat tidak mampu membayar maintenance fee yang semakin tinggi. Selain itu, kata dia, pelaku industri tidak disampaikan terbuka apakah zona industri Pulogadung ini akan tetap dipertahankan 10 hingga 20 tahun ke depan.
Diakui dia, PT Aksara Grafika Pratama termasuk yang ikut terdampak saat banjir kemarin. Beberapa mesin cetaknya sempat terkena banjir, walaupun tidak sampai mengganggu kondisi mesin. Namun Yoseph menegaskan selam lima tahun memimpin operasional, belum pernah air masuk ke area mesin. "Baru kali kemarin masuk, sampai kami harus menyedot air keluar," ujar dia.