Senin 20 Jan 2020 20:18 WIB

Survei: Dunia Jenuh Kapitalisme yang Hanya Datangkan Petaka

Survei menyatakan warga dunia apatis dengan kapitalisme yang hanya picu petaka.

Survei menyatakan warga dunia apatis dengan kapitalisme yang hanya picu petaka. Demonstrasi anti kapitalisme di Roma
Foto: Reuters
Survei menyatakan warga dunia apatis dengan kapitalisme yang hanya picu petaka. Demonstrasi anti kapitalisme di Roma

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Mayoritas masyarakat seluruh dunia yakin kapitalisme dalam bentuk kekiniannya mendatangkan lebih banyak mudarat ketimbang manfaat. 

Hal ini terungkap dalam survei yang dikeluarkan menjelang pertemuan para pemimpin politik dan ekonomi di Davos pekan ini.

Baca Juga

Tahun ini adalah kali pertama "Edelman Trust Barometer", yang selama dua dekade menanyai puluhan ribu orang tentang kepercayaan mereka pada lembaga-lembaga inti, berusaha menguak bagaimana kapitalisme itu sendiri dipahami.

Para peneliti itu mengatakan, survei-survei sebelumnya menunjukkan perasaan ketimpangan yang meningkat yang menyebabkan mereka bertanya apakah warga negara sekarang mulai memiliki keraguan lebih mendasar terhadap negara-negara demokrasi Barat yang berlandaskan kapitalisme.

"Jawabnya ya," kata kepala peneliti, David Bersoff, pada studi yang dihasilkan perusahaan komunikasi AS Edelman.

"Orang-orang sedang mempertanyakan pada tingkat apakah apa yang kita miliki saat ini, dan dunia yang kita tempati saat ini, memberi harapan bagi masa depan mereka yang baik."

Jajak pendapat itu melibatkan lebih dari 34 ribu orang di 28 negara, dari negara demokrasi liberal seperti AS dan Prancis hingga negara yang didasarkan pada model yang berbeda seperti China dan Rusia, dengan 56 persen setuju bahwa "kapitalisme sebagaimana adanya saat ini lebih mendatangkan mudarat ketimbang manfaatnya di dunia".

Survei itu diluncurkan pada tahun 2000 lalu untuk menggali teori-teori ilmuwan politik Francis Fukuyama, yang setelah tumbangnya komunisme menyatakan bahwa demokrasi kapitalis liberal tak lagi memiliki pesaing ideologi dan dengan demikian memunculkan "akhir sejarah".

Kesimpulan itu ditentang  kritikus yang merujuk pada segala hal mulai dari pengaruh China yang meningkat hingga merebaknya para pemimpin otoktarik, proteksionisme perdagangan dan ketimpangan yang memburuk dalam krisis keuangan global pada 2007/2008.

Pada tataran nasional, kurangnya kepercayaan pada kapitalisme di Thailand dan India masing-masing mencapai 75 persen dan 74 persen, dengan Prancis di belakangnya mencapai 69 persen. Sebagian besar orang yang tak percaya kepada kapitalisme itu berlaku di negara-negara Asia lain, Eropa, Teluk, Afrika dan Amerika Latin.

Hanya di Australia, Kanada, AS Korsel, Hong Kong, dan Jepang yang mayoritas warganya tak setuju dengan pendapat bahwa kapitalisme saat ini lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. 

 

sumber : Reuters/Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement