REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK— Sejumlah pengungsi mengharapkan kembali memiliki rumah setelah banjir bandang dan longsor di Kabupaten Lebak, Banten, yang mengakibatkan ribuan rumah warga rusak berat hingga hanyut diterjang luapan Sungai Ciberang.
"Kami saat ini merasa bingung karena masih tinggal di posko pengungsian," kata Siti Khadijah warga Desa Calungbungur Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Senin (20/1).
Selama 20 hari tinggal di Posko Pengungsian PGRI Kecamatan Sajira tentu tidak menyenangkan, bahkan anaknya yang masih usia balita kerapkali sakit.
Tinggal di posko pengungsian membuat anaknya rentan terserang penyakit karena tidur hanya beralaskan tikar tipis dan jika malam terkena angin.
Saat ini, dirinya bersama anak dan suami belum bisa kembali ke kampungnya di Desa Calungbungur, sementara warga lainnya sudah kembali ke rumahnya.
Bangunan rumah miliknya, hanya beberapa meter dari tepi Sungai Ciberang hanyut diterjang banjir bandang dan longsor yang terjadi Rabu (1/1). "Kami bingung karena belum ada kejelasan dari pemerintah soal tempat tinggal ke depan," katanya.
Rasid, warga korban bencana, mengatakan dirinya dipastikan tidak bisa kembali ke kampung Nangela Desa Calungbungur karena sekitar 40 rumah, satu masjid dilanda banjir bandang dan longsor.
Kondisi kampungnya yang kini hancur menjadi puing-puing, sampah kayu serta rumah hanyut menjadikan kisah tersendiri bagi warga Kampung Nangela.
Masyarakat yang rumahnya rusak berat dan hanyut akan direlokasi dengan janji ganti rugi yang sampai saat ini belum mereka dapatkan.
Saat ini, warga harus rela menderita dan susah payah tinggal di pengungsian akibat banjir bandang yang menghancur rumah dan isinya. "Kami berharap pemerintah segera bergerak cepat untuk membangun rumah untuk kami agar memiliki masa depan lagi," katanya.
Sementara itu, Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, mengatakan pemerintah akan menyediakan lokasi hunian sementara atau huntara bagi warga korban banjir bandang dan longsor yang kondisi rumahnya rusak berat atau hanyut.
Mereka tinggal di lokasi huntara itu di Depo Pendidikan Latihan dan Pertempuran (Dodiklatpur) Resimen Induk Kodam (Rindam) III/Siliwangi yang terletak di Desa Ciuyah, Kecamatan Sajira dan di rumah susun sewa atau rusunawa di Desa Kadu Agung Barat Kecamatan Cibadak.
Pemerintah daerah juga menjalin kerja sama dengan Badan Geologi untuk menetapkan relokasi bagi warga korban banjir. Penetapan kawasan relokasi itu harus bebas dari ancaman bencana alam.
Saat ini, jumlah rumah yang rusak akibat banjir bandang tercatat 1.649 Unit terdiri dari 1.110 unit rusak berat, rusak sedang 230 unit, dan rusak ringan 309 unit.
Warga yang terdampak bencana alam itu tersebar di enam kecamatan antara lain Kecamatan Lebak Gedong, Cipanas, Sajira, Maja, Curugbitung dan Cimarga.
"Kami juga mengapresiasi penanggulangan bencana itu berkat kerja keras TNI, Polri, relawan sehingga warga korban banjir bisa tinggal di pengungsian," katanya.