Kamis 23 Jan 2020 13:42 WIB

Warga Wuhan Stok Bahan Pangan Setelah China Isolasi Kota

Transportasi Kota Wuhan, China dihentikan untuk mencegah penyebaran virus korona.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Petugas kesehatan mengenakan pakaian anti bahan berbahaya (hazardous material suit) memerilksa suhu tubuh penumpang yang datang dari daerah Wuhan di  Bandara Beijing, China.  Wabah Virus Wuhan di China telah memakan korban 17 orang meninggal dan ratusan lainnya positif terjangkit.
Foto: Emily Wang/AP
Petugas kesehatan mengenakan pakaian anti bahan berbahaya (hazardous material suit) memerilksa suhu tubuh penumpang yang datang dari daerah Wuhan di Bandara Beijing, China. Wabah Virus Wuhan di China telah memakan korban 17 orang meninggal dan ratusan lainnya positif terjangkit.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Penduduk Wuhan bergegas untuk membeli persediaan bahan pangan ketika pihak berwenang memutuskan menghentikan operasional transportasi umum. Hal ini menyusul meluasnya penyebaran virus korona baru yang telah menimbulkan kekhawatiran jelang liburan Tahun Baru Imlek.

Penduduk Wuhan bergegas pergi ke supermarket dan membeli bahan makanan untuk persediaan. Sejumlah supermarket besar dipenuhi oleh para pembeli dan rak-rak bahan pangan pokok, seperti daging, sayuran, dan mi instan tampak kosong.

Baca Juga

"Semua orang pergi berbelanja," ujar seorang pengguna Weibo sambil menunjukkan foto antrean panjang di kasir supermarket.

Sementara itu, warganet di media sosial Cina mengeluhkan lonjakan harga sayuran dan bahan makanan lainnya. Salah satu pengguna Weibo mengatakan, dia tidak keberatan jika Wuhan diisolasi, tetapi mereka jangan dibiarkan kekurangan bahan makanan.

"Tidak ada yang akan keberatan jika Wuhan disegel, tetapi Anda harus membiarkan penduduk Wuhan bisa makan dan hidup," ujar pengguna Weibo tersebut.

Sementara itu, antrean panjang juga terlihat di pom bensin. Seorang penduduk Wuhan mengaku harus menunggu satu jam untuk mengisi bahan bakar mobilnya.

Pemerintah Kota Wuhan menghentikan sementara operasional bus, kereta api, kereta bawah tanah, kapal feri, dan moda transportasi jarak jauh lainnya pada pukul 10 pagi waktu setempat. Pemerintah tidak melarang operasional kendaraan pribadi, tetapi seorang warga Wuhan mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak bisa keluar dari kota tersebut karena dijaga ketat oleh petugas. Pihak berwenang menyarankan agar warga tidak meninggalkan kota.

Di Beijing, sekelompok penumpang menaiki salah satu penerbangan terakhir ke Wuhan. Salah satu penumpang, Jane, mengatakan, dia harus kembali ke Wuhan untuk bertemu anaknya.

Data pelacakan penerbangan menunjukkan, beberapa pesawat masih terbang keluar Kota Wuhan pada pukul 10 pagi waktu setempat. Seorang penduduk Wuhan, Sibusiso Sgwane, yang akan terbang ke Shenzhen mengaku beruntung karena penerbangannya tidak dibatalkan.

"Saya salah satu yang beruntung karena penerbangan saya tidak dibatalkan. Kami disarankan untuk memakai masker," ujar Sibusiso yang merupakan penumpang Air China.

Korban tewas terbaru di Provinsi Hubei, yang merupakan ibu kotanya Wuhan, bertambah menjadi 17 pada Rabu. Virus tersebut telah menyebar ke sejumlah kota termasuk Beijing, Shanghai, Makau, dan Hong Kong.

Surat kabar resmi China Daily mengatakan, saat ini ada 544 kasus yang telah dikonfirmasi di China. Sementara Thailand telah mengonfirmasi empat kasus, serta Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang masing-masing melaporkan satu kasus. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement