REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Memasuki hari kedua sidang pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Senat, telihat jelas banyaknya tantangan yang harus dihadapi Partai Demokrat untuk menuntut presiden.
Tidak peduli berapa banyak bukti yang melemahkan Trump, semakin sulit bagi anggota Partai Demokrat untuk menyakinkan para senator dan publik AS yang terbelah menjadi dua kelompok bila bukti-bukti yang sama harus dijabarkan setiap hari. Tim yang dipimpin ketua komite intelijen House of Representative Adam Schiff membangun dakwaan atas tekanan politik yang dilakukan Trump terhadap Ukraina dan upaya menutupi 'skama korupsi'. Tapi batasannya jelas.
Karena Partai Republik menghalangi upaya mereka memanggil lebih banyak saksi, Anggota House yang bertindak sebagai jaksa dalam sidang itu harus mengandalkan bukti yang sama berulang kali berupa rekaman video kesaksian para duta besar, pejabat keamanan nasional, dan presiden sendiri.
Bagi Demokrat itu merupakan momen yang berisiko secara politis. Sebab mereka tidak hanya harus membuktikan pelanggaran Trump lakukan kepada jaksa tapi juga seluruh rakyat Amerika.