Kamis 23 Jan 2020 23:27 WIB

Diisolasi Akibat Virus Corona, Warga Wuhan Timbun Makanan

Warga Wuhan tak keberatan atas kebijakan pemerintah menyegel kota.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Andri Saubani
Penumpang pesawat mengenakan masker melewati papan pengumuman menunjukkan pembatalan penerbangan dari Wuhan di Bandara Beijing, Kamis (23/1). Pemerintah menutup akses ke kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta jiwa akibat virus korona.
Foto: AP
Penumpang pesawat mengenakan masker melewati papan pengumuman menunjukkan pembatalan penerbangan dari Wuhan di Bandara Beijing, Kamis (23/1). Pemerintah menutup akses ke kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta jiwa akibat virus korona.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Pemerintah China memutuskan untuk mengisolasi kota Wuhan menyusul dugaan asal penyebaran virus korona. Pemerintah Wuhan juga telah memerintahkan warganya untuk tidak meninggalkan kota usai pemberlakuan pembatasan akses transportasi dari dan menuju kota tersebut. 

Seperti diwartakan Reuters, Kamis (23/1) kebijakan itu lantas membuat warga bergegas untuk membeli persediaan guna menghadapi isolasi yang diberlakukan. Warga memadati toko waralaba guna memburu kebutuhan pokok seperti daging, sayuran hingga mie instan.

 

Berdasarkan informasi yang dihimpun, warga Wuhan mengaku tidak keberatan atas kebijakan pemerintah untuk menyegel kota. Namun, mereka mendesak pemerintah untuk tetap memberikan papsokan bagi penduduk agar mereka tetap bisa makan dan hidup.

 

"Semua orang suka berbelanja," kata seorang warga yang mengunggah antrian panjang pada sebuah kasir di toko waralaba melalui media sosialnya.

 

Tidak sedikit warga yang melakukan unggahan serupa seraya mengeluhkan lonjakan harga sayuran dan bahan makanan lainnya. Seorang mahasiswa, Hugo Guo mengatakan bahwa dirinya pulang ke Wuhan untuk liburan. Pria 22 tahun itu bergarap agar isolasi yang dilakukan pemerintah tidak memakan waktu lama mengingat dia harus segera kembali ke Shanghai guna melanjutkan masa perkuliahannya.

 

"Saya merasa dapat diterima jika harus tinggal di rumah, tetapi saya paling khawatir apakah saya dapat kembali ke sekolah,” kata Guo.

 

Di Beijing, sekelompok penumpang menaiki salah satu penerbangan terjadwal terakhir ke Wuhan. Salah satu penumpang bernama Jane mengaku sangat tidak nyaman dengan kebijakan tersebut. Namun dia terpaksa terbang ke Wuhan untuk menjemput anaknya yang berada di kota tersebut.

 

Seperti diwartakan sebelumnya, virus korona telah menginveksi sekitar 600 warga serta menewaskan 17 orang. Beberapa ilmuwan menduga virus mirip SARS yang baru ditemukan di Cina berasal dari ular mengandung kuman yang dijuluki 2019-nCoV.

 

Penelitian terkait virus korona jenis baru ini dilakukan para peneliti di China. Penelitian memang dilakukan para ilmuwan bekerja sama dengan pemerintah China untuk mengetahui penyebab virus baru tersebut muncul.

 

Studi yang baru diterbitkan di dalam Journal of Medical Virology, Rabu (22/1), ini melihat bahwa kode genetik 2019-nCoV menjangkiti korban yang berkunjung ke pasar. Ketika kasus pertama pada Desember 2019 tersebut muncul di wilayah Wuhan, China, dokter mencurigai virus menyebar melalui hewan.

 

Hasil studi menyebutkan, banyak korban pertama telah mengunjungi pasar makanan lokal yang menampung hampir semua hewan hidup. Sejak saat itu, korban baru terus bermunculan dengan cepat. Ini menyusul virus yang dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi pernapasan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement