REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepergian legenda basket dunia, Kobe Bryant, akibat kecelakaan helikopter pada Ahad (26/1) di Calabasas, California, Amerika Serikat (AS) membuat kaget banyak orang. Apalagi bagi orang yang pernah berkomunikasi secara langsung dengan superstar Los Angeles (LA) Lakers ini.
Perasaan kaget dan kesedihan yang teramat dalam atas kepergian pebasket yang berjulukan Black Mamba, juga dialami oleh Christopher Tanuwidjaja. Mantan manajer tim basket CLS Knights Indonesia, ini mengaku sangat kaget dan sedih atas kepergian sang bintang yang juga menjadi idolanya.
Itop, sapaan akrab Christopher, awalnya sempat tidak suka dengan Kobe Bryant yang dilihatnya arogan. Namun seiring waktu justru sang bintang tersebutlah yang menjadi inspirasinya bukan hanya dalam dunia basket, namun juga di luar basket. Terutama mengenai kerja keras dan dedikasinya yang luar biasa.
"Awalnya saya tidak begitu suka dengannya. Namun pada suatu waktu saya sempat mengalami masa yang tidak baik dalam hidup saya. Saat masih SMA, kebetulan Kobe juga usianya tidak jauh dengan saya. Ternyata dengan usia yang masih muda, Kobe justru mampu membuktikan diri dengan kerja keras bisa sukses dari SMA langsung ke NBA," ujar Itop saat dihubungi Republika.co.id, Senin (27/1).
Christopher Tanuwidjaja saat makan malam dengan Kobe Bryant. Tahun 2014.
Hal lainnya yang tidak bisa dilupakan Itop adalah sikap rendah hati dari Kobe Bryant. Pada 2014, Itop dan istri (pebasket nasional, Sherly Humardani) serta mertua mendapat kesempatan makan malam bersama Kobe Bryant. Acara ini diatur istri dalam rangka memberikan kejutan ulang tahun Itop.
"Kami datang paling awal dalam acara itu. Ternyata dapat meja yang berjarak cukup jauh, tetapi di luar dugaan Kobe justru mendatangi meja kami, menyapa terlebih dahulu. Kami kemudian ngobrol masalah basket. Dia sangat antusias karena memang dedikasinya sangat luar biasa. Salah satu yang saya ingat kami membicarakan tentang cedera yang dialami pemain basket terutama cedera ACL karena waktu itu dia habis cedera. Obrolan dengannya begitu seru," kenang Itop.
Itop menambahkan, obrolan semakin hangat. Kala itu ada satu aturan dari pihak panitia tidak boleh minta tanda tangan sang bintang. Namun karena merasa sudah akrab, istri Itop meminta tanda tangan Kobe karena Itop akan ulang tahun. "Ternyata ia memenuhinya dengan senang hati dan tanda tangan ada di jam kesayangan saya yang hingga kini masih tersimpan."
Christopher Tanuwidjaja saat menyaksikan laga-laga terakhir sebelum Kobe Bryant pensiun tahun 2016 di Staples Center.
Dua tahun berikutnya, lanjut Itop, dirinya kembali bertemu dengan Kobe Bryant. Ia juma sang bintang pada 2016 atau di laga-laga terakhir sebelum Kobe Bryant pensiun. "Saya nonton langsung pertandingan Lakers. Saya mendapat tempat di samping bench pemain Lakers. Saya pikir ia sudah lupa, ternyata Kobe menyapa saya," jelasnya.
Terakhir kali Itop bertemu langsung dengan Kobe Bryant adalah pada Desember 2019 lalu. Itop menonton laga Lakers di Staples Center. Ia berpikir Kobe Bryant tidak akan datang untuk menonton. "Ternyata dia nonton dengan putrinya, Gianna Bryant, tetapi karena jaraknya agak jauh kami tidak menyapa langsung. Itulah pertemuan langsung terakhir saya. Makanya saya kaget sekali mendengar berita kepergiannya beserta putri kesayangannya."
Menurut Itop, semua orang basket pasti suka Michael Jordan. Namun Jordan terlalu tinggi untuk digapai. "Kemudian ada anak SMA (Kobe Bryant) yang bisa mendekati dari mulai gaya mainnya serta prestasinya. Selamat jalan, Kobe Bryant," pungkasnya.