REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah, termasuk penyelesaian konflik Israel-Palestina di Gedung Putih. Didampingi oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump membacakan rincian rencana perdamaian setebal 181 halaman.
"Hari ini, Israel mengambil langkah besar menuju perdamaian. Visi saya adalah menghadirkan peluang saling menguntungkan untuk kedua pihak, solusi dua negara yang realistis," ujar Trump.
Berdasarkan proposal perdamaian itu, Trump menyatakan Yerusalem tetap menjadi ibu kota Israel. Sementara, Yerusalem Timur menjadi ibu kota Palestina dengan perjanjian wilayah bersama.
Palestina akan mendapatkan wilayah teritorial di dekat Gaza sebagai kompensasi hilangnya 30 persen wilayah mereka di Tepi Barat. Selain itu, Gaza dan Tepi Barat akan dihubungkan dengan transportasi kereta api berkecepatan tinggi. Lembah Yordan yang merupakan sepertiga dari Tepi Barat tetap menjadi bagian dari Israel.
Dalam proposal perdamaian itu, Trump menawarkan pembentukan negara Palestina yang tidak dikontrol oleh Israel secara menyeluruh di beberapa daerah. Namun, untuk mendapatkan kemerdekaan Trump memberikan syarat kepada Palestina agar membubarkan kelompok Hamas yang berkuasa di Gaza.
Dalam rencana perdamaian itu, Trump mengusulkan tentang penarikan garis perbatasan antara Israel dan wilayah Tepi Barat yang diduduki. Trump menjanjikan bahwa tidak ada warga Palestina dan Israel yang akan diusir dari rumah mereka. Dengan demikian, permukiman ilegal yang telah berdiri di Tepi Barat akan masuk teritorial Israel.
Terkait dengan bidang ekonomi, Trump mengatakan ada satu juta lapangan pekerjaan baru untuk Palestina selama 10 tahun ke depan dan investasi sebesar 50 miliar dolar AS yang dapat meningkatkan PDB sebanyak tiga kali lipat.
"Palestina berada dalam kemiskinan dan kekerasan, dieksploitasi oleh mereka yang ingin menggunakannya sebagai pion untuk memajukan terorisme dan ekstremisme. Mereka layak mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik," kata Trump dilansir BBC.
Trump menetapkan lini waktu selama empat tahun bagi Palestina untuk menyetujui pengaturan keamanan dengan Israel, menghentikan serangan oleh kelompok Hamas, dan mendirikan lembaga pemerintahan untuk negara Palestina dengan ibu kotanya di Abu Dis, bagian dari Yerusalem Timur.
Abu Dis terletak satu mil di sebelah timur Old City yang merupakan rumah bagi situs-situs suci Yahudi, Kristen, dan Muslim. Warga Palestina yang tinggal di Abu Dis terkungkung oleh tembok keamanan Israel dan pos-pos pemeriksaan.
Netanyahu mengatakan proposal perdamaian itu adalah rencana besar bagi Israel. Dia menyampaikan status quo kendali Israel atas wilayah Palestina akan tetap ada hingga kesepakatan tercapai. Dalam pidatonya, Netanyahu memberikan pujian kepada Trump dan menyebut bahwa presiden AS itu adalah teman baik yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih.
"Israel hanya menyetujui kedaulatan bersyarat dan terbatas untuk Palestina," ujar Netanyahu.
Para pejabat AS telah mengumpulkan dukungan proposal perdamaian itu dari negara-negara Arab. Para duta besar dari Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Oman hadir pada saat pengumuman rencana itu. Namun, perwakilan dari negara-negara Timur Tengah yang sangat penting bagi upaya perdamaian yakni Arab Saudi, Mesir dan Yordania tidak hadir.