REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Laporan penjualan dan keuntungan Apple Inc untuk kuartal liburan berada di atas ekspektasi Wall Street. Keuntungan ini berkat kenaikan penjualan Iphone untuk pertama kalinya dalam setahun dan melonjaknya permintaan untuk add-on seperti headphone nirkabel Airpods.
Laporan kinerja pada Selasa (28/1) telah melampaui kekhawatiran tentang wabah virus corona di China, pasar utama dan pusat manufaktur untuk Apple, juga rendahnya pendapatan dalam bisnis layanan perusahaan, yang termasuk penawaran streaming TV + Apple baru. Saham Apple naik 2 persen dalam perdagangan setelah jam kerja. Apple memperkirakan pendapatan untuk kuartal yang berakhir Maret akan berada di atas ekspektasi Wall Street.
CEO Tim Cook mengatakan perusahaan menggunakan rentang prediksi yang lebih luas dari normal karena ketidakpastian yang diciptakan oleh virus corona. "Kami membatasi perjalanan ke situasi kritis bisnis pada minggu lalu," kata Cook.
Meskipun Apple memiliki pemasok di wilayah Wuhan, pusat wabah corona, tetapi menurut Cook mereka memiliki alternatif. Pabrik-pabrik di luar wilayah Wuhan tidak akan dibuka kembali setelah liburan Tahun Baru Imlek sampai 10 Februari.
Apple telah menutup satu toko di China dan mengurangi jam kerja di toko lain karena lalu lintas pejalan kaki yang lebih rendah. "Toko pihak ketiga yang menjual produk Apple juga ditutup," kata Cook.
Harga saham Apple naik lebih dari dua kali lipat sejak Cook memperingatkan setahun yang lalu bahwa perusahaan itu kemungkinan akan kehilangan target keuangan untuk kuartal penjualan terbesarnya dari tahun fiskal 2019. Pada tahun itu, Apple memangkas harga di China, salah satu pasar terpentingnya, untuk menyalakan kembali penjualan di sana.
Apple membukukan pendapatan 91,8 miliar dolar AS untuk kuartal yang berakhir 28 Desember, dibandingkan dengan perkiraan analis sebesar 88,5 miliar dolar AS, menurut data IBES dari Refinitiv. Apple melaporkan laba per saham 4,99 dolar AS, dibandingkan dengan perkiraan analis 4,55 dolar AS per saham.