REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat, mewacanakan pembangunan transportasi berbasis rel untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di kota yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta tersebut.
"Wacana ini ilmiah karena berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan oleh para pakar," kata Wali Kota Depok Mohammad Idris di Depok, Kamis (30/1).
Pemkot Depok, katanya, hanya mengeluarkan dan mengambil kebijakan kalau memang secara ilmiah bisa dilakukan. Idris mengatakan pihaknya baru melakukan kunjungan ke Kemenhub dan melakukan diskusi terkait dengan transportasi berbasis rel tersebut.
"Sebenarnya saya bertemu dengan Sekjen Kemenhub terkait dengan masalah transportasi dan lalu lintas. Namun pada saat yang sama saya ajukan studi kelayakan transportasi berbasis rel untuk dikaji," katanya.
Menurut Idris, dalam studi kelayakan transportasi rel yang disusun oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Depok, akan dibangun empat jalur koridor yang nanti terhubung dengan moda transportasi lainnya. Keempat koridor tersebut, yakni koridor 1 sepanjang 10,8 km yang dimulai dari Transit Oriented Development (TOD) Pondok Cina sampai Stasiun LRT Cibubur. Koridor 2 sepanjang 16,7 km dari TOD Depok Baru sampai Cinere dan diharapkan dapat terkoneksi dengan stasiun MRT Lebak Bulus.
Koridor 3 sepanjang 10,7 km mulai dari TOD Depok Baru sampai Bojongsari dan koridor 4 sepanjang 13,8 km mulai dari TOD Depok Baru sampai TOD Gunung Putri.
Idirs berharap proyek pembangunan transportasi publik berbasis rel ini bisa ditetapkan menjadi Proyek Strategi Nasional (PSN) serta direalisasikan serta bisa mendapatkan pendampingan dari Kemenhub.
Menurutnya, gagasan, usulan produktif, dan saran-saran disampaikan secara dialogis antara Pemkot Depok dengan pihak Kemenhub dan stakeholdernya. Diharapkan, proyek ini bisa menghasilkan sebuah solusi dalam menyelesaikan persoalan kemacetan.