Sabtu 08 Feb 2020 21:26 WIB

NU dan Muhammadiyah Saling Melengkapi Perkuat Islam Moderat

Banyak negara seperti Mesir coba mengembangkan Islam wasatiyah, namun belum berhasil.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Andri Saubani
Ketua umum PBNU Said Aqil Siroj berjabat tangan dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebelum makan malam sekaligus bersilahturahmi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (31/10).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua umum PBNU Said Aqil Siroj berjabat tangan dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sebelum makan malam sekaligus bersilahturahmi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (31/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA ---Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra mengatakan konsep Islam wasatiyah atau Islam yang moderat di Indonesia adalah masa depan Islam dunia. Menurutnya, banyak negara yang mencoba mengembangkan Islam wasatiyah, namun belum berhasil karena tidak terjadinya akomodasi timbal balik antara budaya dan Islam itu sendiri.

"Sudah lama Mesir ingin mengembangkan Islam wasatiyah tapi belum berhasil sampai sekarang karena antara budaya dan Islamnya itu tidak kompatibel tidak terjadi akomodasi timbal balik seperti di Indonesia. Oleh karena itu tidak pernah berkembang. Sekarang ini  banyak kalangan di Timur tengah mulai dengan tema wasatiyahnya itu," kata Azyumardi saat mengisi Simposium Nasional Islam Nusantara: Islam Nusantara dan Tantangan Global yang diselenggarakan Fakultas Islam Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia di Gedung PBNU pada Sabtu (8/2).

Baca Juga

Selain itu, menurut Azyumardi, keberadaan organisasi seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang saling melengkapi memperkuat konsep Islam yang moderat.

"Kita beruntung Indonesia ini Ummatan Wasatiyah itu bagaian terbesarnya Islam Nusantara. Tidak monolitik Isalm wasatiyah. Tapi bagian besarnya Isalm Nusantara itu Islam yang identik dengan Nahdliyyin, dan satu sayap lagi yang sedikit lebih kecil itu Islam berkemajuan, Muhammadiyah. Saya menyebutnya dua sayap Islam Indonesia yang saling melengkapi satu sama lain. Sebetulnya diantara dua sayap ini saling mendekat beberapa tahun terakhir, karena terjadinya konvergensi keagamaan diantara Nahdliyyin dan Muhammadiyah, " katanya.

Di lain sisi, menurut Azyumardi ormas-ormas Islam lainnya pun secara praktik keagamaan seperti praktik warga Nahdliyin. Bahkan, menurut Azyumardi sejumlah survei menunjukkan 70-80 persen umat muslim di Indonesia secara kultural adalah Nahdliyin.

"Kalau kita bicara ormas-ormas Islam yang lain katakan alwasliyah yang dominan di Sumut, mataul Anwar, atau nahdatul Wathan itu secara keagamaan, pemahaman dan praktik keagamaannya ya Nahdiyin. Artinya mengikut Islam Nusantara," tuturnya.

Azyumardi juga mengungkapkan bersatunya bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan kultur, budaya, bahasa tak lepas dari Islam yang disebarkan para wali. Sehingga Islam di Indonesia lebih cair dan bersatu. Azyumardi pun optimis konsep Islam Nusantara bisa menjadi solusi bagi dunia terutama negara-negara di Timur Tengah yang terus dilanda konflik saudara.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement