REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Libur Tahun Baru Imlek sudah usai, para pekerja mulai kembali ke kantor dan pabrik di sekitar China pada Senin (10/2). Pemerintah mulai melonggarkan pembatasan kepada para pekerja dan membolehkan warganya keluar untuk berangkat ke tempat kerja.
Namun, sebagian besar perkantoran pada Senin pagi masih tutup. Sebagian besar pekerja kerah putih dilaporkan akan bekerja dari rumah. Sementara itu, salah satu jalur kereta bawah tanah yang paling sibuk di Beijing tampak kosong. Beberapa penumpang yang akan berangkat kerja menggunakan masker.
Sekolah di sejumlah provinsi di China seperti Guangdong, Anhui, Zhejiang, Heilongjiang, Jiangsu, Shandong, Hebei, Jiangxi, dan Mongolia Dalam, serta Shanghai dan Chongqing akan ditutup hingga akhir Februari. Sebuah tim ahli internasional yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuju Beijing untuk membantu menyelidiki epidemi tersebut.
Direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah melakukan perjalanan ke Beijing untuk berbicara dengan Presiden Xi Jinping dan jajarannya. Mereka sepakat akan melakukan pengiriman tenaga ahli dalam misi internasional.
Namun, butuh waktu hampir dua minggu bagi WHO untuk mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Cina. Kini, seorang ahli epidemologi WHO, Bruce Aylward sedang menuju Beijing untuk membantu mengatasi wabah virus corona.
WHO mengumumkan wabah virus corona sebagai darurat global pada 30 Januari, beberapa hari setelah pemerintah China memberlakukan isolasi terhadap warga di provinsi Hubei. Hubei menjadi titik awal penyebaran virus corona.
Wabah virus corona hingga kini telah menewaskan 910 orang yang sebagian besar berada di daratan China. Jumlah kematian akibat virus itu telah melampaui wabah SARS pada 2003 lalu. Wabah SARS telah menewaskan 774 orang di puluhan negara.
Di provinsi Hubei, yang menjadi pusat penyebaran virus corona, jumlah korban meninggal dunia mencapai 800 orang. Sementara lebih dari 40 ribu orang di dunia telah terinfeksi virus tersebut.