Rabu 12 Feb 2020 10:21 WIB

Isu Pertumbuhan Ekonomi Dorong IHSG Menguat Tipis

IHSG diprediksi akan melanjutkan penguatannya di sepanjang hari Rabu.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Karyawan melewati monitor pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Rabu (12/2).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Karyawan melewati monitor pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Rabu (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Rabu (12/2). Indeks menguat tipis ke level 5.957,06 dibandingkan penutupan sebelumnya dilevel 5.954,39.

Pada perdagangan sepanjang hari ini, IHSG diprediksi akan melanjutkan penguatannya. Penguatan yang bergerak terbatas ini mendapat sentimen dari dampak virus corona. 

"Ketidakpastian global ini menjadi sentimen bagi pasar, diperkirakan IHSG bergerak mixed dengan peluang kenaikan terbatas," dikutip dari riset PT Valbury Sekuritas Indonesia, Rabu (12/2).

Dari dalam negeri, sentimen yang mempengaruhi yaitu upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada 2020. Upaya ini mendapat perhatian khusus dari pasar. 

Konsumsi masyarakat sebagai faktor utama pengerak pertumbuhan dengan pengubahan skema dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bisa memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal I tahun 2020. Khususnya pada tingkat konsumsi rumah tangga. 

Dalam skema yang baru, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan jumlah unit cost atau dana bantuan yang diterima per siswa baik di SD, SMP, dan SMA. Selain dana BOS, pemerintah mendorong agar serapan belanja kementerian/lembaga (K/L) bisa dikebut.

Sisi lain, pemerintah terus mendorong hilirasasi sektor pertambangan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Realisasi yang sudah berjalan yakni melalui pembangunan smelter. 

Hingga 2019 telah terbangun 17 unit smelter. Terkait dengan industri pemurnian dan pengolahan, diharapkan pada 2024 ada 52 unit dengan total investasi 20,4 miliar dolar AS. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement