Senin 17 Feb 2020 14:01 WIB

Gerakan Menutup Aurat Ajak Muslimah Kenakan Jilbab

Gerakan Menutup Aurat rutin digelar setiap tahun.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Gerakan Menutup Aurat Ajak Muslimah Kenakan Jilbab. Gerakan Menutup Aurat (Gemar) 2020 membagikan jilbab gratis di area CFD, Jakarta pada Ahad (16/2).
Foto: dok. Istimewa
Gerakan Menutup Aurat Ajak Muslimah Kenakan Jilbab. Gerakan Menutup Aurat (Gemar) 2020 membagikan jilbab gratis di area CFD, Jakarta pada Ahad (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Menutup Aurat (Gemar) diselenggarakan untuk mengajak Muslimah mengenakan jilbab dan istiqamah berjilbab. Gemar juga diselenggarakan setiap tahun secara rutin untuk menangkis hari valentine dan gerakan no hijab day yang muncul baru-baru ini.

"Gerakan menutup aurat nggak cuma diselenggarakan di Jakarta tapi juga di 55 titik di Indonesia dari Aceh sampai Merauke secara berkala, mulai dari 16 Februari sampai Maret 2020," kata Project Officer Gemar 2020, Tuti Alawiyah kepada Republika.co.id, Senin (17/2).

Baca Juga

Tuti mengatakan, latar belakang adanya Gemar karena masih banyak Muslimah yang belum mengenakan jilbab dan belum istiqamah mengenakan jilbab. Melalui Gemar diharapkan mereka menjadi tertarik dan istiqamah mengenakan jilbab.

Ia menerangkan, Gemar sudah ada sejak 2012 di media sosial. Awalnya Gemar diprakarsai oleh Teacher Working Group (TWG). Kemudian Solidaritas Peduli Jilbab bersama komunitas-komunitas lain meneruskan Gemar dengan aksi di lapangan sejak 2016 sampai 2020.

"Kini Gemar menjadi gerakan bersama, biasanya kita laksanakan gerakan menutup aurat ini setiap 14 Februari untuk counter (menentang) valentine day," ujarnya.

Gemar selalu digelar di Car Free Day (CFD) pada 14 Februari atau sebelum dan setelah 14 Februari untuk mengalihkan perhatian orang-orang dari valentine day ke gerakan menutup aurat. Tuti prihatin karena orang-orang yang merayakan valentine day adalah mereka yang berpacaran. Padahal sudah ada firman Allah yang melarang mendekati zina.

"Makanya kami berpikir perlu mengonter valentine day ini," ujar Tuti yang menjadi bagian dari komunitas Solidaritas Peduli Jilbab.

Terkait adanya gerakan no hijab day di luar negeri dan di Indonesia, Tuti mengatakan tidak terlalu penting merespons gerakan mereka. Sebab terbukti kampanye mereka tidak berhasil dan tidak menjadi trending topik saat gerakan no hijab day dilaksanakan.

"No hijab day gerakannya tidak terlalu ramai di media sosial juga, kalau saya ditanya gerakan no hijab day, nggak usah ambil pusing karena gerakan mereka nggak ada efeknya," ujarnya.

Gemar 2020 digelar di area CFD di Jakarta pada Ahad (16/2). Berbagai komunitas yang tergabung dalam Gemar menyelenggarakan longmarch, talkshow, membagikan jilbab gratis, dan memberi edukasi tentang jilbab.

Tuti juga mengapresiasi pemerintah daerah Padang di Sumatra Barat dan Palopo di Sulawesi Selatan yang mendukung langsung Gemar. Dia berharap tahun depan pemerintah DKI Jakarta ikut berpartisipasi dalam Gemar.

Mengenai respons masyarakat terhadap Gemar, Tuti menilai sangat positif. Dulu ada perempuan yang mendapat jilbab gratis saat Gemar membagi-bagikan jilbab di CFD. Perempuan tersebut merasa tersentuh diberi jilbab gratis padahal dirinya merasa mampu untuk sekadar membeli jilbab.

"Setelah itu dia jadi memakai jilbab, tahun berikutnya dia datang ke Gemar di CFD dengan mengenakan jilbab jadi tahun berikutnya ikut kampanye Gemar," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement