REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali menggelar Dapur Umum Indonesia untuk Suriah, Jumat (14/2) lalu. ACT bekerja sama dengan Bamuis dan Kitabisa mereka menyajikan makanan siap santap selama dua hari.
Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Response ACT mengatakan Dapur Umum Indonesia kali ini diperuntukkan untuk pengungsi internal Suriah di Idlib Utara. “Mereka mengungsi tanpa membawa harta benda. Para pengungsi itu mengandalkan bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup,” kata Firdaus dilansir di laman ACT, Senin (17/2) lalu.
Dalam satu hari dapur umum ini menyiapkan seribu porsi di Kota Idlib. Uap beraroma nasi berbumbu mengepul di dalam ruangan. Sejumlah relawan bergantian mengaduk nasi, sebagian lagi menyiapkan ayam, dan sebagian lagi menyiapkan wadah nasi.
Ratusan ribu warga sipil yang didominasi perempuan dan anak-anak tinggal dengan makanan terbatas di suhu dingin. Mereka harus keluar dari rumah karena serangan militer.
Kamp-kamp di Idlib Utara sudah lima kali lipat dari kapasitas, dengan kekurangan makanan dan air. Tempat tersebut tidak dapat mengatasi pendatang baru lagi sebagaimana diberitakan The Guardian. Februari ini suhu di Idlib berkisar 5-13 derajat Celsius. Para pengungsi itu pun harus bertahan hidup di dalam tenda di tengah dinginnya salju.