Penampakan virus corona atau covid-19 via jatim.tribunnews.com/kompas.com
Virus corona terus mengganas. Awalnya menyerang Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, lalu merebak dan menginfeksi ribuan orang di berbagai penjuru dunia. Lebih tragis, virus bernama Covid-19 ini telah menewaskan lebih dari 2.000 orang.
Semua berduka. Warga dunia khawatir dan takut terkena wabah mematikan tersebut. Seluruh negara waspada. Mulai dari memperketat akses masuk, mengeluarkan travel warning, menyetop impor bahan pangan dari Negeri Tirai Bambu, dan langkah lain sebagai antisipasi penyebaran virus corona.
Epidemi virus corona masih akan menjadi momok selagi belum ada obat penawarnya. Virus ini bahkan disebut-sebut ancaman baru yang akan memukul perekonomian global, termasuk Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan bakal terganggu akibat virus yang ditetapkan WHO sebagai darurat kesehatan dunia ini. Oleh karena itu, diperlukan solusi konkret dari pemerintah. Sebetulnya apa dampak virus corona ke ekonomi Indonesia? Berikut ulasannya seperti dirangkum Cermati.com.
Baca Juga: Fakta Penting Virus Corona, Gejala dan Tindakan Pencegahannya
Ekonomi China Diprediksi “Goyang”
Ekonomi China diprediksi 'goyang' akibat wabah virus corona
- China bisa dibilang pemasok barang-barang manufaktur terbesar di dunia, seperti produk tekstil, mesin dan peralatan listrik, hingga komponen dan produk elektronik, di antaranya ponsel, baterai, layar, pengeras suara, sampai pemasok utama Apple dan perakit iPhone.
- China ‘pemegang rekor dunia,’ yakni sebagai produsen dan eksportir manufaktur terbesar, pasar terbesar untuk barang konsumsi dan barang mewah, dan pengimpor minyak mentah terbesar.
- Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) China sebesar USD 13,6 triliun. Menjadi negara dengan perekonomian raksasa kedua setelah Amerika Serikat (AS).
- Gegara virus corona, banyak perusahaan dan pabrik tutup, tidak beroperasi demi mengurangi penularan. Aktivitas ekspor dan impor dari dan ke China melempem. Akibatnya produksi jadi mandek. Imbas lain, rantai pasokan ke berbagai negara pun ikut seret.
- Kegiatan usaha sepi, ekonomi China diprediksi bakal terguncang. Ujung-ujungnya merusak pertumbuhan ekonomi dunia.
- Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Kristalina Georgieva seperti dilansir dari AFP, memangkas pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 0,1-0,2% menjadi 3,3% di tahun 2020 akibat virus corona.
Dampak Virus Corona Bikin Ekonomi RI “Batuk”?
Dampak virus corona ke ekonomi Indonesia
1. Perdagangan Loyo
China kena wabah corona, Indonesia merana. Mungkin bisa dibilang demikian. Lihat saja data neraca perdagangan Indonesia ke China per Januari 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS).
- Ekspor merosot 12,07% menjadi USD 2,24 miliar. Penurunan tajam terjadi pada ekspor minyak dan gas (migas) dan non-migas.
- Impor turun sebesar 2,71% menjadi USD 4 miliar. Penurunan paling besar pada komoditas buah-buahan, seperti apel dan anggur. Pantas ya, harga apel dan anggur di pasaran melonjak tinggi.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri dikutip dari website resminya mengatakan, China merupakan pengimpor minyak mentah terbesar, salah satunya dari Indonesia.
“Jika impor migas China ke Indonesia melorot, tentu saja berdampak negatif terhadap penerimaan negara. Belum lagi harga minyak mentah merosot dalam. Hal ini akan menekan transaksi perdagangan luar negeri dan akun lancar (current account) Indonesia,” ujar Faisal.
2. Pariwisata Jadi Sepi
Sektor pariwisata paling ketar ketir akibat virus corona. Bagaimana turis, termasuk dari China mau datang kalau pemerintahan Xi Jinping melarang warganya bepergian ke luar negeri. Begitupun dengan Indonesia yang sudah menyetop penerbangan dari dan menuju China.
Padahal kunjungan turis China ke Indonesia merupakan yang terbanyak ketiga setelah wisman asal Malaysia dan Singapura. Jumlahnya mencapai 154,2 juta kunjungan di bulan Desember 2019.
“Data dari World Tourism Organization (UNWTO), warga China membelanjakan tak kurang dari USD 277 miliar dari 150 juta perjalanan ke luar negeri. Itu yang terbesar di dunia,” ungkap Faisal.
Data dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), akibat larangan tersebut, turis China yang datang ke Indonesia, termasuk ke Bali dan Manado berkurang drastis dan kini tinggal kurang dari 500 orang.
Bila industri pariwisata sepi, sedikit turis yang datang, maka pendapatan negara maupun cadangan devisa dari sektor pariwisata dapat berkurang. Padahal cadangan devisa sangat penting, salah satunya alat stabilisasi mata uang suatu negara. Misalnya jika kurs rupiah sedang terpuruk, maka Bank Indonesia (BI) akan melakukan intervensi dengan cadev untuk menstabilkan nilai tukar mata uang Garuda.
Baca Juga: Dari Anak Serigala Hingga Burung Merak, Inilah Penyebab Awal Virus Corona
Jurus Pemerintah Tangkis Dampak Virus Corona ke Ekonomi RI
Kabinet Jokowi via Kementerian Sekretariat Negara
Faisal Basri memproyeksikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3% yang ditetapkan pemerintah tahun ini tidak akan tercapai. Salah satunya terpengaruh dampak virus corona.
“Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% tahun ini tidak akan tercapai. Bisa tumbuh 5% saja seperti di 2019 sudah bagus,” katanya.
Lalu apa tanggapan pemerintah?
Kementerian Keuangan melalui Plt Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Nufransa Wira Sakti mengaku, tekanan ekonomi China memang berpotensi memberi efek ke negara-negara mitra, termasuk Indonesia. Di antaranya di sektor pariwisata, perdagangan internasional dan aliran investasi.
- “Kita masih diliputi ketidakpastian. Namun institusi-institusi memperkirakan dampak (virus corona) pada ekonomi Indonesia tidak sebesar negara lain, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura yang punya hubungan lebih besar terhadap ekonomi China,” tutur Nufransa dalam keterangan resminya.
Ketika kegiatan ekspor dan impor lesu gegara virus Covid-19, andalan memacu pertumbuhan ekonomi ada pada konsumsi rumah tangga. Berikut jurus pemerintah dalam mendorong konsumsi rumah tangga sehingga dapat menangkis dampak virus corona ke ekonomi nasional:
1. Mempercepat realisasi belanja Kementerian/Lembaga, terutama belanja bantuan sosial (seperti Program Keluarga Harapan/PKH dan kesehatan), serta belanja non operasional
2. Mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung, seperti percepatan pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas (Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika)
3. Menyiapkan kebijakan fiskal dan non-fiskal untuk menstimulasi sektor pariwisata
4. Mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti belanja infrastruktur di pusat dan daerah
5. Mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespon situasi ekonomi (countercyclical) dengan tetap dalam batasan yang aman dan terkendali
6. Mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk perluasan sasaran.
Atur Ulang Keuangan Anda
Akibat semua dibatasi dan dilarang, terutama bahan pangan dari China, harga-harga mulai melonjak. Contohnya saja buah-buahan, bawang putih, dan produk lainnya. Coba cek lagi daftar pengeluaran Anda, jangan-jangan membengkak karena semua serba mahal.
Anda bisa mengatur ulang keuangan. Jika jumlah pengeluaran membesar, mulai berhemat atau menyiasati dengan cara lain. Misalnya saja beli buah-buahan lokal, beli bawang putih dari operasi pasar yang harganya jauh lebih murah.
Pastikan pula Anda menjaga kebersihan diri agar terhindar dari penularan virus corona. Dengan begitu, Anda tetap sehat dan mencegah timbulnya biaya lain, seperti biaya berobat ke rumah sakit.
Baca Juga: Imbas Virus Corona, Tiket Pesawat ke 3 Destinasi Wisata ini Jadi Murah