REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Riga Nurul Iman/Wartawan Republika
Geliat gerakan literasi dalam setahun terakhir begitu terasa di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Keberadaanya ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat kunjungan warga khususnya pelajar dan ibu-ibu ke Perpustakaan Kota Sukabumi yang melonjak dibanding sebelumnya.
Bahkan, Kota Sukabumi menjadi daerah dengan tingkat kegemaran membaca sangat tinggi di Jawa Barat berdasarkan hasil survei yang dilakukan Pemprov Jawa Barat pada 2019 lalu. Di mana hasil survey minat baca masyarakat Kota Sukabumi ada pada kriteria cukup tinggi yakni 2,9 (pada skala 2,61 hingga 3,40), hal ini di atas rata-rata kegemaran membaca masyarakat Jawa Barat yakni 2,67 (pada skala 2,61 hingga 3,40).
Pencapaian ini tak bisa lepas dari peran Bunda Literasi Kota Sukabumi, Fitri Hayati Fahmi (44 tahun) atau yang sering disapa Bu Fitri. '' Saya terdorong fokus ke literasi karena melihat kondisi anak-anak di Kota Sukabumi dan semangat aparatur Dinas Perpustakan dan Kearsipan (Dispusip) sehingga nyambung,'' ujar Fitri kepada Republika.
Oleh karenanya secara bersama-sama merancang program dalam rangka mendongkrak tingkat kunjungan ke perpustakaan Kota Sukabumi, agar meningkat dan keberadaannya dikenal masyarakat khususnya pelajar. Target utama yakni agar anak-anak sejak dini dibiasakan membaca dan minimal ada ketertarikan untuk membaca buku.
''Supaya anak tertarik membaca misalkan mereka akan diberikan beasiswa sekolah untuk anak yang senang membaca buku,'' tutur Fitri. Rencananya pemberian beasiswa ini akan dilakukan dengan menggandeng Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) Kota Sukabumi, di mana Fitri juga menjadi ketua lembaga tersebut.
Pada Juli 2020 Bunda Literasi dan GNOTA akan membuka beasiswa untuk anak yang pada dasarnya tidak mampu dan senang berkunjung ke perpustakan. Nantinya data pelajar tersebut akan diverifikasi oleh sekolah dan dinas pendidikan dan kebudayaan agar tepat sasaran.
Apalagi, kini peran perpustakaan tidak hanya dalam hal literasi, melainkan dari sisi ekonomi, informasi dan teknologi. Sehingga keberadaan perpustakaan bukan hanya mencerdaskan, akan tetapi memberdayakan dan menguatkan perekonomian warga.
Oleh karenanya pada rentang setahun juga digulirkan Sahabat Geulis (Gerakan literasi-red) di Kota Sukabumi. Geulis adalah bahasa Sunda yang bila diartikan ke Bahasa Indonesia berarti cantik. Program yang dilakukan Bunda Literasi ini berkolaborasi dengan tim penggerak PKK Kota Sukabumi.
''Di dalam Sahabat Geulis, semua anggota PKK mulai tingkat kelurahan dan kecamatan serta kota harus menggerakan literasi misalnya dengan taman bacaan masyarakat,'' ungkap Fitri. Para kader harus menjadi contoh dan pionir dalam membaca buku di dalam keluarga khususnya anak-anak.
Selain itu tim penggerak PKK di seluruh tingkat kelurahan dan kecamatan serta kota wajib mempunyai kartu tanda anggota perpustakaan kota. '' Setelah dicek semua tim penggerak PKK pada 2019 lalu berkunjung ke perpustakaan Kota Sukabumi,'' ujar Fitri, yang setiap harinya bisa membaca buku minimal satu terutama buku best seller.
Jumlah anggota tim penggerak PKK Kota Sukabumi yang berada di 33 kelurahan dan tujuh kecamatan mencapai sekitar 4.620 orang. Di mana jumlah pengurus PKK per wilayah kelurahan minimal 20 orang dan berada di 33 kelurahan dan tujuh kecamatan.
Mereka menjadi kader PKK sekaligus penggerak untuk literasi. Ke depan alan kolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) yang merupakan organisasi istri para aparatur sipil negara (ASN) juga harus menjadi penggerak. Sebelumnya pada 2019 lalu digelar lomba presentasi kelurahan bagaimana menggerakan literasi di wilayahnya masing-masing.
Dalam tahun yang sama Fitri juga melakukan roadshow ke kecamatan dalam rangka bagaimana meningkatkan minat baca literasi di keluarga. Roadshow ini dalam rangka penekanan jangan sampai ibu dan bapak atau orangtua anak-anak tidak membaca buku karena harus menjadi contoh dan teladan.
Gerakan literasi juga dengan menggandeng lembaga himpunan Himpunan Tenaga Pendidik Anak Usia Dini (Himpaudi) dan Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) Kota Sukabumi. Ada jadwal bagi anak-anak untuk kunjungan luar terutama ke perpustakaan. Pada sekarang ini baru guru dan anak-anak dan nantinya akan bersama dengan ibu kandung dari anak-anak. Sehingga orangtua bisa tahu manfaat dari senang membaca buku.
Selain itu ditanamkan pula jangan sampai mereka mengejar kecakapan akademik calistung, akan tetapi gemar membaca kurang. Sebab anak-anak bisa cepat membaca tapi belum tentu hobi membaca buku.
Di sisi lain Fitri mengatakan, pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengetahui sekolah mana saja yang pelajar dan gurunya tidak pernah ke perpustakaan. Nantinya akan bekerjsama membuat jadwal kunjungan ke sekolah terluar untuk memberikan sosialisasi pembinaan minat baca agar gerakan literasi sampai ke semua lapisan masyarakat.
''Bila perlu menggandeng Dinas Perhubungan agar menyediakan armada membawa pelajar berkunjung ke perpustakaan,'' cetus Fitri. Namun diakuinya literasi bagi pelajar dan remaja, sekarang jamannya berbeda.
Aktivitas membaca tidak hanya buku lanjut Fitri, melainkan melalui gadget atau disebut literasi digital di mana percepatan pengetahuan menjadi lebih cepat. Harapannya anak tidak memanfaatkan gadget untuk bermain game saja tetapi membaca buku lewat e-book atau konten lainnya yang positif.
''Kalau alasannya tidak punya uang membeli buku, kini dengan gadget ada wifi atau hotspot gratis,'' ungkap Fitri. Sehingga yang terpenting ada ajakan kepada mereka untuk menggunakan gadget atau internet dengan sehat salah satunya membaca buku digital.
Fitri mengatakan, ia akan melombakan bagi anak-anak berapa buku yang bisa mengubah mereka ke arah yang lebih baik. Misalnya buku best seller yang dinilai sudah mengubah hidup orang menjadi sukses.
Dia mencontohkan ada film yang menceritakan anak yang berasal dari keluarga pecandu narkoba dan masalah sosial lainnya tetapi gurunya melek baca dan bertekad membawa kesuksesan. Caranya guru itu membuat satu kelas suka baca buku dengan tema berbeda-beda namun sama yakni menceritakan kesuksesan seseorang tokoh.
Nantinya selepas membaca buku timbul motivasi dari anak-anak agar bisa keluar dari masalah hidup mereka. Intinya dengan membaca anak-anak bisa melepaskan dari belenggu kehidupan dan menjadi anak yang sukses di masa depan.
Lebih lanjut Fitri menuturkan, Sahabat Geulis yang diluncurkan juga agar ibu-ibu melek literasi finansial atau keuangan. Sebab ibu-ibu yang mengelola keuangan di lingkup keluarga.
'' Pada tahun ini, kami menggandengkan duta literasi yang sudah ada untuk sosialisasikan kepada masyarakat gerakan literasi bekerjasama dengan ke PT KAI khususnya kereta api Sukabumi-Bogor,'' imbuh Fitri. Para duta literasi ini distribusikan buku best seler dan buku anak kepada para penumpang kereta di dalam perjalanan.
Langkah terobosan ini belum pernah ada dan akan dikerjsamakan dengan stasiun lainnya antar wilayah Sukabumi dan Bogor. Sehingga dua jam perjalanan bisa jadi sarana sosialisasikan budaya membaca di gerbong kereta, di mana ada ratusa orang penumpang tersentuh dan terlebih akhir pekan banyak penumpang.
Di samping duta literasi, keberadaa duta wisata juga dapat melakukan sosialisasi serupa di lokasi wisata alam dan kuliner. Di mana dalam kegiaran ke lapangan diselipkan gerakan literasi.
Fitri berharap gerakan literasi ini tumbuh dan kokoh untuk meyakinkan anak-anak dan remaja serta pelajar menjadi generasi yang hebat. Sebabnya dari literasi akan hadir generasi hebat dengan wawasan yang luas dan menjunjung tinggi peninggalan budaya yang bersejarah.
Dari literasi juga akan lahir kualitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan mampu bersaing di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi. Sehingga ke depan upaya pencapaian Sukabumi sebagai kota literasi dapat terwujud dengan keterlibatan semua elemen masyarakat mulai dari pemerintah kota dan elemen masyarakat lainnya.