REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA -- SMPN 6 Tasikmalaya ikut buka suara atas terungkapnya penyebab kematian salah satu siswanya yang berinisial DS (13 tahun). Sebab, kegiatan yang diadakan sekolah menjadi salah satu penyebab terjadinya cek-cok antara DS dengan ayahnya yang berinisial BR (45), yang berujung pada kematian DS.
Wakil Kepala SMPN 6 Tasikmalaya, Saepuloh mengakui, sekolahnya memang merencanakan kegiatan outing class ke Bandung pada 5 Maret 2020. Kegiatan itu merupakan program sekolah sesuai kurikulum yang berlaku. Namun, menurut dia, kegiatan itu sifatnya tidak wajib.
"Sifat kegiatan itu tidak wajib. Malah ada subsidi silang. Artinya bagi siswa yang berprestasi itu dikasih gratis dari sekolah," kata dia saat ditemui Republika, Kamis (27/2).
Ia menjelaskan, sekolah memiliki dua program serupa seperti itu. Pertama, kegiatan study tour untuk siswa kelas VIII ke Jogjakarta. Satu kegiatan lainnya adalah outing class ke Bandung untuk siswa kelas VII.
Namun, tak seluruh siswa mengikuti kegiatan itu. Ia mencontohkan, pada study tour ke Jogjakarta, hanya 150 siswa yang ikut kegiatan dari total sekira 300 siswa kelas VIII. Sementara untuk kegiatan outing class ke Bandung pada 5 Maret nanti, dari sekira 325 total siswa kelas VII baru 170 orang yang mendaftar.
"Itu mengindikasikan kalau kegiatan ini tidak wajib. Kalau wajib kan pasti 90 persen ikut," kata dia.
Ia menambahkan, kegiatan juga dilakukan pada hari sekolah, bukan hari libur. Sementara siswa yang tak ikut kegiatan akan tetap belajar di sekolah.
Ihwal biaya yang ditarik kepada siswa untuk ikut kegiatan, Saepuloh mengatakan, hal itu sudah dibicarakan dengan orang tua, komite sekolah, dan Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya. Menurut dia, biaya yang ditetapkan untuk outing class ke Bandung sebesar Rp 390 ribu per siswa. Biaya itu untuk menanggung akomodasi dan konsumsi para siswa. "Kita sama sekali tak ambil untung," kata dia.
Di Bandung, para siswa SMPN 6 Tasikmalaya dijadwalkan akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Menurut Saepuloh, hal itu untuk menambah wawasan siswa, tapi tak akan memengaruhi nilai akademis siswa secara langsung.
Sebelumnya, polisi mengungkap kasus kematian DS pada Kamis siang. Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto mengatakan, korban dibunuh oleh ayah kandungnya. Diduga, pembunuhan bermotif karena tersangka kesal dimintai uang untuk biaya study tour sekolah. Sementara tersangka saat itu sedang tidak punya uang. "Karena korban terus meminta, ayahnya lalu mencekek leher korban," kata dia.