REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas dilaporkan menolak undangan Amerika Serikat (AS) untuk pertemuan rahasia antara kedua kelompok di Palestina, Hamas dan Fatah. Hal itu menyusul peluncuran rencana perdamaian yang digagas AS.
"Hamas menolak panggilan itu karena AS berusaha menyebarkan desas desus rencana perdamaian Timur Tengah diungkapkan setelah pertemuan rahasia dengan kelompok-kelompok Palestina termasuk Hamas," ujar kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh, dikutip Anadolu Agency, Rabu (4/3).
Dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Senin lalu di Moskow, Haniyeh mengungkapkan terima kasih kepada Rusia atas dukungannya dalam menolak rencana Trump. "Kepala gerakan itu menyatakan terima kasih rakyat kami atas posisi Rusia yang mendukung hak-hak Palestina di berbagai forum regional dan internasional," lapor situs web Hamas dikutip Time of Israel.
Pada 28 Januari lalu, Presiden AS Donald Trump meluncurkan "kesepakatan abad ini" untuk mengakhiri salah satu perselisihan paling alam dalam sejarah Timur Tengah. Menurut Palestina, rencana perdamaian tersebut tidak akan mengarah pada perdamaian Israel-Palestina atau penciptaan stabilitas di kawasan. Karena rencana perdamaian Trump sangat memihak kepentingan politik Israel, Palestina menegaskan akan tetap melakukan perlawanan.
Dalam rencananya, Trump menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tak terbagi. Ia pun mengakui pendudukan Israel atas sebagian wilayah Tepi Barat dan Lembah Yordan. Dengan rencana tersebut, posisi Palestina kian tersisih. Ia tak bisa lagi mengharapkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota masa depan negaranya.
Hamas berselisih dengan Fatah sejak menggulingkan Otoritas Palestina yang didominasi Fatah dari Gaza pada 2007. Berbagai upaya untuk merekonsiliasi Hamas dam PA serta menyatukan Tepi Barat dan Gaza di bawah satu pemerintahan telah gagal dicapai.
Rusia sebelumnya juga telah berupaya untuk memajukan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah. Pada Januari 2018, Moskow menjadi tuan rumah sejumlah perwakilan dari dua kelompok yang bersaing dan beberapa faksi Palestina lainnya untuk membahas cara memperbaiki keretakan internal Palestina. Pada Mei 2011, Rusia juga menjamu para pejabat Fatah dan Hamas untuk meningkatkan upaya rekonsiliasi.