REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, dia tidak akan menghentikan laju para pengungsi Suriah yang mencoba melintasi perbatasan Turki ke Yunani meski ada tekanan dari Uni Eropa (UE). Erdogan kembali menyerukan agar Yunani membuka pintu bagi para migran.
"Kami tidak akan menutup gerbang. Permintaan kami ke Yunani adalah mereka membuka pintu. Orang-orang tidak akan tinggal di Yunani. Biarkan mereka menyeberang dari Yunani ke negara-negara Eropa lainnya," ujar Erdogan.
Erdogan telah bertemu para pejebat tinggi UE di Brussel untuk membahas krisis migran pada Senin lalu. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Turki akan mengadakan pertemuan puncak untuk membahas krisis migran di Istanbul pada 17 Maret mendatang. Pertemuan puncak ini akan dihadiri Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Dalam pertemuan di Brussel, Belgia, Erdogan menekankan perlunya memperbarui kesepakatan migrasi 2016 antara Ankara dan UE. Dia mengatakan, tim teknis saat ini sedang menyusun peta jalan atau roadmap untuk pembaruan kesepakatan tersebut.
"Para pemimpin UE menerima bahwa Turki telah memenuhi tanggung jawabnya berdasarkan perjanjian 18 Maret (2016) dan UE telah bertindak lambat," ujar Erdogan.
Pada 2016, Turki dan UE membuat perjanjian tentang penanganan pengungsi. Ankara sepakat mencegat dan menampung pengungsi Suriah agar tak menyeberang ke Eropa. Sebagai imbalannya, Eropa memberikan bantuan dana sebesar 6 miliar euro dan perjalanan bebas visa ke Benua Biru bagi warga Turki. Dana tersebut digunakan untuk membiayai sekolah, kesehatan bagi pengungsi, dan tempat tinggal.
Erdogan mengatakan, sejauh ini Turki baru menerima separuh dari dana bantuan tersebut. Dana itu pun dianggap tak memadai karena Turki telah menggelontorkan dana 40 miliar dolar AS untuk menangani para pengungsi Suriah.
Di sisi lain, Uni Eropa belum memenuhi janji untuk perjalanan bebas visa bagi warga Turki. Erdogan mengatakan, Ankara menginginkan Eropa bisa memberikan dukungan penuh bagi para pengungsi Suriah.
sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement