Jumat 13 Mar 2020 19:09 WIB

Pasien Covid-19 yang Kabur Berpotensi Tularkan Virus

Petugas kesehatan perlu menelusuri ke mana dan siapa ditemui pasien saat kabur.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas medis menggunakan alat pelindung diri (APD) di dalam Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta, Rabu (4/3/2020).(Antara/Hafidz Mubarak A)
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Petugas medis menggunakan alat pelindung diri (APD) di dalam Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta, Rabu (4/3/2020).(Antara/Hafidz Mubarak A)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi kesehatan Prof Ari F. Syam menilai kaburnya pasien positif Covid -19 dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur butuh perhatian khusus. Petugas kesehatan perlu menelusuri ke mana dan bertemu siapa saja pasien kabur tersebut.

Itu karena ia berpotensi menyebabkan penularan ke orang lain. "Jadi menurut saya, memang ya harus dicari ke mana larinya," ujarnya ketika dihubungi Republika, Jumat (13/3).

Menurut Ari, ketika dinyatakan positif, maka pasien tersebut tentu berpotensi menularkan kepada orang sekitarnya. Terutama yang melakukan close contact.

"Yang berpotensi itu yang di dalam mobil. Kalau dia di dalam ruangan, beberapa dimonitor seperti di Singapura kan di restoran. Ya memang ada potensi tapi close contact artinya kontak yang lama. Kalau jalan kaki di jalan raya atau naik kereta tidak terlalu berisiko. Kalau satu taksi bisa. Tergantung orang yang dekat juga, apakah daya tahan tubuhnya bagus," paparnya.

Terkait kabarnya pasien yang kabur bersama keluarganya, menurut Prof Ari, keluarganya kemungkinan besar juga kena. Malah jadi berbahaya. "Tanyain pihak rumah sakitnya alasan dia kabur apa. Sebaiknya dicari posisi di mana ketika dia positif dia berpotensi menularkan."

Lalu apa kemungkinan alasan pasien positif Covid-19 kabur dari ruang isolasi?

Menurut Prof Ari ada kemungkinan dalam situasi diisolasi selama dua pekan seseorang tertekan, depresi juga sedih. Faktor lain mungkin karena kendala komunikasi.

"Susah juga. Tidak seperti kalau merawat langsung juga. Ini kan dokter kalau merawat dia seperti pakai baju astronot. Itu yang bikin secara komunikasi ada masalah kendala," kata dia.

Ari juga menekankan soal stigma negatif dari masyarakat terhadap pasien positif Covid-19. Sesuatu yang bisa menjadi kecemasan sendiri bagi pasien. "Tambahan lagi begitu. Macam-macam lah. Orang ini kan kecemasan stres tapi masing-masing berbeda," lanjutnya.

Ia pun menyarankan untuk pasien yang positif Covid-19 untuk tetap mengikuti peraturan. "Kalau dia tidak mau publikasi kan susah juga, orang butuh tahu," tambahnya.

Satu pasien positif terinfeksi Covid-19 dikabarkan kabur dari rumah sakit (RS) Persahabatan, Jakarta Timur hari ini. Direktur Utama RSUP Persahabatan Rita Rogayah menyebut pasien tersebut telah kembali.

"Pasien sudah kembali ke RS Persahabatan. Dia diantar Dinas Kesehatan," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat petang.

Sebelumnya Juru bicara (Jubir) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Erlina Burhan menjelaskan ada satu orang yang telah dinyatakan positif virus corona atau Covid-19 oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta keluar dari ruang isolasi tanpa izin tim medis.

"Keluar dari RS Persahabatan tanpa kita ketahui ini apakah dia kemudian dijemput dan dirawat di rumah sakit (lainnya)," ujarnya saat konferensi pers di RS Persahabatan Jumat (13/3).

RS Persahabatan mengaku tidak mengetahui hal tersebut. Sebab pasien itu secara diam-diam meninggalkan ruang isolasi yang memang tidak terkunci.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement