Ahad 15 Mar 2020 18:12 WIB

Memandikan Jenazah Korban Corona Menurut Fikih Klasik

Jenazah korban corona tetap harus dimandikan dengan ketentuan khusus.

Rep:  Ali Yusuf / Red: Nashih Nashrullah
Jenazah korban corona tetap harus dimandikan dengan ketentuan khusus.  Ilustrasi pasien corona.
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
Jenazah korban corona tetap harus dimandikan dengan ketentuan khusus. Ilustrasi pasien corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pemerintah telah mengumumkan jumlah pasien yang positif virus corona (Covid 19) di Indonesia bertambah 35 orang. Tiga di antaranya dinyatakan telah meninggal dunia. 

Setelah meninggal apakah virus masih bisa menular?  Spesialis Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia Dr dr Budiman Bela, Sp. MK menerangkan, jenazah yang positif tejangkit virus masih bisa menular. Untuk itu perlu perlakuan khusus terhadap jenazah yang positif terkena salah satu virus.  

Baca Juga

"Jenazah masih bisa menular, jawabannya ialah karena cairan tubuh tersebut masih bisa bertahan, daya tahan tubuh ada cairan biologis yang disebut protein bisa melindungi buat dia (virus) bertahan cukup lama," ujar Dr  Budiman di Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (11/3), sebagaimana dikutip dari Antara.  

Lalu bagaimana cara memandikan mayat tersebut? Menurut Direktur Aswaja Center PWNU Jatim, KH Maruf Khozin, jenazah tersebut tetap harus dimandikan.  

"Karena memandikan jenazah bagian dari kewajiban kifayah maka diupayakan dahulu untuk dimandikan," katanya.

Tentunya cara memandinkan zenajah ini tidak sama dengan cara memandikan zenajah yang tidak terkena virus. Jenazah yang terkena virus harus dimandikan orang yang mengerti tentang kesehatan. 

Misalnya dilakukan oleh medis yang telah dilatih dan dilengkapi dengan alat dan sarana," katanya.

Namun, kata Kiai Ma’ruf, jika masih ada kekhawatiran menular maka jalan keluarnya adalah tayamum untuk jenazah tersebut. Artinya jenazah itu tidak dimandikan cukup dilakukan tayamum. 

(ﻗﻮﻟﻪ ﺃﻭ ﺧﻴﻒ ﺇﻟﺦ) ﻋﻄﻒ ﻋﻠﻰ ﺗﻬﺮﻯ ﺃﻱ ﻭﻟﻮ ﻏﺴﻞ ﺗﻬﺮﻯ اﻟﻤﻴﺖ ﺃﻭ ﺧﻴﻒ ﻋﻠﻰ اﻟﻐﺎﺳﻞ ﻣﻦ ﺳﺮاﻳﺔ اﻟﺴﻢ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺮﺩﻱ

"Jika ada jenazah bila dimandikan tubuhnya akan mengelupas atau dikhawatirkan menularnya racun kepada orang yang memandikan, maka jenazah tersebut ditayamumi" (Syekh Ibnu Hajar, Tuhfah Al Muhtaj 3/184)

“Tayamum dengan debu tersebut adalah pengganti memandikan jenazah, setelah jenazah ditayamumkan maka dikafani dan dishalatkan,” kata dia. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement