REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Operator Liga Primer Inggris terancam melanggar kontrak senilai 3 miliar poundsterling (Rp 55 triliun) dengan pihak stasiun televisi terkait siaran pertandingan jika musim 2019/20 tidak diselesaikan pada akhir Juli. Seperti dikutip dari Sportsmail, Selasa (17/3), penyelenggara Liga Primer Inggris menyepakati kontrak dengan Sky Sports, BT Sport, dan broadcast dari benua di luar Eropa. Dalam perjanjian, Liga Primer Inggris wajib selesai pada 31 Juli karena musim 2020/21 akan dimulai pada 1 Agustus.
Dengan 20 klub yang masih menyisakan sembilan hingga 10 pertandingan dari total 38 pekan, pendapatan dari hak siar senilai 750 juta poundsterling terancam sirna. Pihak Liga Primer pun akan menggelar rapat darurat pada Kamis (19/3) waktu setempat.
Pihak televisi menyatakan sudah siap kembali menyiarkan pertandingan pada 4 April. Namun, banyak klub Liga Inggris yang ragu dapat langsung bermain pada tanggal tersebut.
Prioritas penyelenggara Liga Primer saat ini adalah menyelesaikan musim kompetisi. Hal itu dilakukan untuk menjaga integritas dengan pihak-pihak yang sudah menandatangani kontrak. Liga Primer Inggris resmi berhenti sejak Jumat pekan lalu setelah pelatih Arsenal Mikel Arteta dan pemain Chelsea Callum Hudson-Odoi dinyatakan positif terjangkit Covid-19.
Selain Liga Primer Inggris, pergelaran Euro 2020 juga terancam. UEFA pun akan menggelar rapat pada hari ini untuk membahas berbagai masalah akibat merebaknya wabah virus corona, mulai dari penyelesaian kompetisi di negara-negara Eropa, Liga Europa, Liga Champions, hingga Euro 2020.